8 tips merawat rambut anak

<p>Penampilan rambut anak memang terlihat sederhana, tetapi merawatnya tidak bisa sembarangan. Ayah dan Ibu harus berhati-hati, sebab rambut anak-anak lebih halus dan tipis daripada rambut orang dewasa.</p><p>Rambut anak tidak bisa mendapat perlakuan yang sama dengan rambut orang dewasa. Banyak yang harus diperhatikan. Mulai dari produk yang dipakai, sampai cara perawatannya. Perawatan yang salah dapat menyebabkan rambut kusut, bahkan kerusakan pada rambut.</p><p>Nah, untuk menghindari kerusakan pada rambut, penting bagi Ayah dan Ibu untuk mengetahui cara merawatnya dengan baik, serta membiasakannya pada si Kecil. Berikut adalah 8 tips untuk merawat rambut anak agar sehat dan berkilau.</p><h2><strong>1. Kenali jenis rambut si Kecil</strong></h2><p>Hal yang paling penting untuk mengetahui perawatan rambut yang tepat untuk anak adalah dengan mengenal jenis rambutnya. Jenis rambut sangat berpengaruh seberapa sering anak keramas. Jika rambut si Kecil cenderung berminyak, frekuensi keramasnya juga lebih sering daripada yang berambut kering.</p><h2><strong>2. Gunakan sampo dengan pH netral</strong></h2><p>Jenis sampo yang paling aman untuk bayi dan anak-anak adalah sampo dengan pH netral, yaitu sampo yang tidak mengandung sabun atau alkohol. Selain membantu melindungi kulit kepala anak, jenis sampo ini juga tidak perih jika tidak sengaja terkena mata.</p><p>Keunggulan lainnya adalah, sampo dengan pH netral tidak meninggalkan residu pada kulit kepala anak yang dapat meyebabkan ketombe.</p><h2><strong>3. Keramas dengan air dingin</strong></h2><p>Ketika mengeramasi si Kecil, gunakanlah air dingin. Jika si Kecil tidak suka menggunakan air dingin, maka gunakanlah air hangat. Pastikan air yang digunakan tidak terlalu panas ya, Ayah dan Ibu. Air yang terlalu panas dapat merusak kulit kepala si Kecil.</p><h2><strong>4. Menghilangkan kusut tanpa merusak rambut</strong></h2><p>Kadang rambut anak dapat menjadi kusut. Hal ini bisa menjadi sangat merepotkan karena kita tidak mau merusak rambut si Kecil ketika sedang menguraikannya.</p><p>Ayah dan Ibu dapat menggunakan sisir yang bergigi jarang untuk mengurai rambut kusut si Kecil. Mulailah dari bawah rambut terlebih dahulu, apalagi jika rambutnya panjang. Jika masih kusut juga, sisirlah ketika sedang keramas dengan menggunakan kondisioner. Pastikan kondisionernya memang untuk anak-anak ya, Ayah dan Ibu.</p><h2><strong>5. Menyisir setiap hari</strong></h2><p>Untuk menghindari rambut kusut, sisirlah rambut si Kecil setiap hari di saat pagi dan malam. Ajari juga padanya untuk melakukan kebiasaan ini setiap hari.&nbsp;</p><p>Jangan lupa untuk menggunakan sisir yang sesuai dengan jenis rambut anak. Jika rambut si Kecil keriting, gunakan sisir yang bergigi lebih jarang. Sebaliknya, jika rambutnya lurus gunakan sisir yang giginya lebih rapat. Namun, jangan menggunakan sisir yang giginya terlalu rapat karena dapat merusak rambut.</p><h2><strong>6. Memotong rambut secara rutin</strong></h2><p>Potong rambut secara rutin untuk menjaga rambut anak tetap sehat. Memotong rambut secara rutin dapat mengurangi rambut bercabang, sehingga rambut si Kecil dapat tumbuh dengan sehat.</p><h2><strong>7. Hindari parfum dan bedak pada rambut</strong></h2><p>Hindari penggunaan parfum dan bedak pada rambut anak-anak. Sebab, anak-anak dapat menghirup bedak dan alkohol yang terkandung dalam parfum yang dapat berbahaya bagi pernapasan mereka.</p><h2><strong>8. Gunakan produk rambut yang tidak mengandung alkohol</strong></h2><p>Jika Ayah dan Ibu suka menata rambut si Kecil dengan produk-produk tertentu, pilihlah produk yang tidak mengandung parfum dan alkohol.&nbsp;</p><p>Nah, setelah mengetahui tips-tips di atas, jangan lupa mengajari si Kecil untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan ini agar ia juga terbiasa untuk kesehatan rambutnya sendiri.</p><p>Mengajari kebiasaan-kebiasaan baik dapat berdampak baik untuk tumbuh kembang si Kecil. Ayah dan Ibu dapat mengajari si Kecil kebiasaan-kebiasaan baik dengan cara yang seru melalui <a href="https://icando.co.id/">aplikasi pendidikan anak</a> ICANDO, lho!&nbsp;</p><p>Selain itu, aplikasi ICANDO memiliki beragam <i>mini games </i>yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga edukatif. Yuk, <a href="https://play.google.com/store/apps/details?id=com.icando.edugame&amp;hl=en_US">download game anak</a> ICANDO sekarang!</p>

medium_merawat-rambut-anak.jpg

small_merawat-rambut-anak.jpg

thumbnail_merawat-rambut-anak.jpg

merawat-rambut-anak.jpg

8 Tips untuk Merawat Rambut Anak agar Sehat dan Berkilau

tips dan trik jitu mengatasi gtm anak

<p>Memenuhi nutrisi seimbang sangatlah penting bagi anak. Apalagi balita yang pertumbuhannya sedang pesat-pesatnya. Namun, tak jarang Ayah dan Ibu mendapati si Kecil menolak untuk makan dengan menggunakan Gerakan Tutup Mulut (GTM).</p><h2><strong>Apa itu Gerakan Tutup Mulut?</strong></h2><p>Gerakan Tutup Mulut atau GTM adalah untuk anak-anak berusia balita yang menolak untuk makan. Biasanya ketika disuruh makan, anak menutup mulut rapat-rapat, bahkan sampai melepeh atau menyemburkan makanan yang sudah masuk ke dalam mulut.</p><p>Menurut Dr. Cindy Gellner dari <a href="https://healthcare.utah.edu/the-scope/shows.php?shows=0_lfl8yxvf">Health University of Utah</a>, suka pilih-pilih makanan adalah perilaku yang normal pada balita. Faktanya, sekitar 20% anak berusia dua sampai tiga tahun suka pilih-pilih makanan. Ada yang tidak suka makanan yang banyak dikunyah seperti daging, ada yang tidak suka sayur, ada yang hanya suka makan makanan matang, dan lain sebagainya.</p><h2><strong>Penyebab Gerakan Tutup Mulut</strong></h2><p>Dilansir dari<a href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/gerakan-tutup-mulut-gtm-pada-batita"> Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)</a>, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Gerakan Tutup Mulut pada anak:</p><ul><li>Bosan</li><li>Sedang sakit</li><li>Tidak lapar</li><li>Trauma terhadap makanan tertentu atau proses makan itu sendiri</li></ul><p>Berdasarkan penelitian multisenter IDAI, penyebab Gerakan Tutup Mulut yang paling sering terjadi adalah <i>inappropriate feeding practice</i> atau pemberian makanan pada anak yang tidak sesuai dengan usianya. Pemberian makan pada anak harus sesuai dengan tahap perkembangannya, serta memerhatikan ketepatan waktu, kuantitas, kualitas, kebersihan dan penyajiannya.</p><h2><strong>Cara mengatasi Gerakan Tutup Mulut pada anak balita</strong></h2><p>Walaupun hal ini cukup lazim terjadi pada balita, anak yang melakukan Gerakan Tutup Mulut secara terus-menerus dalam jangka panjang tentu membuat orang tua khawatir. Sebab, kurangnya asupan nutrisi dapat menghambat pertumbuhan anak.</p><p>Menurut IDAI, cara mencegah anak melakukan GTM adalah dengan melatih <i>feeding rules</i> atau perilaku makan yang benar. Bagaimana caranya?</p><ol><li>Atur jadwal makanan utama dan camilan si Kecil secara teratur, yaitu dengan tiga kali makanan utama dan dua kali makanan kecil. Sedangkan untuk susu diberikan dua sampai tiga kali sehari.</li><li>Batasi waktu makan si Kecil agar tidak terlalu lama, yaitu tidak lebih dari 30 menit.</li><li>Ciptakan lingkungan yang menyenangkan ketika waktu makan, seperti makan bersama keluarga di meja makan.</li><li>Dorong si Kecil untuk makan sendiri dan latih si Kecil untuk mengenali rasa kenyang dan laparnya sendiri.</li></ol><h2><strong>Apa yang harus dihindari?</strong></h2><p>Masih menurut IDAI, inilah hal-hal yang perlu dihindari saat ingin berusaha mengatasi GTM:</p><ol><li>Jika anak menolak untuk makan, jangan memaksanya, apa lagi sampai dimarahi.</li><li>Jangan membiasakan si Kecil untuk makan sambil melakukan aktivitas lain dan latih untuk makan di meja makan.</li><li>Jangan memberikan minuman selain air putih di antara waktu makan.</li><li>Jangan menjadikan makanan sebagai hadiah.</li></ol><p>Menurut Dr. Cindy Gellner, sifat anak yang suka pilih-pilih makanan pada akhirnya akan hilang saat anak tumbuh besar. Jadi, satu hal penting yang tidak boleh dilakukan adalah jangan hukum si Kecil karena ia pilih-pilih atau tidak mau makan. Namun di sisi lain juga jangan berikan <i>reward</i> sebagai iming-iming agar anak mau makan.</p><p>Yang perlu Ayah dan Ibu lakukan adalah untuk mendorong dan membiasakan anak untuk makan secara teratur dan dengan asupan nutrisi yang seimbang.</p><p>Nah, selain belajar membiasakan makan teratur dan sehat, si Kecil juga bisa lho, belajar tentang kebiasaan baik lainnya melalui aplikasi pendidikan ICANDO. Selain itu masih banyak permainan lainnya yang seru dan edukatif!</p><p>Referensi</p><p>Gellner, C. (2013). <i>Getting Your Picky Eaters to Eat</i>. Retrieved from Health University of Utah: https://healthcare.utah.edu/the-scope/shows.php?shows=0_lfl8yxvf</p><p>Hanindita, M. H., Widjaja, N. A., Hidayati, S. N., &amp; Irawan, R. (2015). <i>Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada Batita</i>. Retrieved from IDAI: <a href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/gerakan-tutup-mulut-gtm-pada-batita">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/gerakan-tutup-mulut-gtm-pada-batita</a></p>

medium_gerakan-tutup-mulut.jpg

small_gerakan-tutup-mulut.jpg

thumbnail_gerakan-tutup-mulut.jpg

gerakan-tutup-mulut.jpg

Tips dan Trik Jitu Mengatasi Gerakan Tutup Mulut (GTM) Anak

8 manfaat dan tips mengajak anak merawat tanaman

<p>Merawat tanaman merupakan salah satu aktivitas menyenangkan yang bisa dilakukan Ayah dan Ibu bersama si Kecil. Bukan sekadar kegiatan untuk mengisi waktu luang, merawat tanaman juga bisa dimanfaatkan sebagai kegiatan yang mempererat hubungan antar keluarga. Selain itu, merawat tanaman bersama keluarga dapat menjadi salah satu metode pembelajaran yang asyik bagi si Kecil. Seperti apa keasyikannya? Simak selengkapnya di sini.&nbsp;</p><h2><strong>Manfaat mengajak si Kecil ikut merawat tanaman di tumah</strong></h2><p>Mengutip dari laman web <a href="https://www.rumahtumbuhdaycare.com/">Rumah Tumbuh</a>, dalam jurnal hortTechnology 2007 disebutkan bahwa kegiatan berkebun/merawat tanaman dapat memacu aktivitas fisik anak sekaligus meningkatkan kesehatan. Berkebun atau merawat tanaman juga dapat mendorong anak tumbuh lebih aktif.&nbsp;</p><p>Selain itu, masih ada beberapa manfaat lain dari mengajak anak merawat tanaman di rumah. Apa sajakah itu?</p><h3><strong>1. Membantu mengasah kemampuan motorik&nbsp;</strong></h3><p>Salah satu fase perkembangan anak yang perlu dioptimalkan di masa <i>golden age</i> adalah kemampuan fisik motorik. Dalam sebuah <a href="https://jurnal.uns.ac.id/kumara/article/view/35108"><i>Jurnal Penelitian Pendidikan Anak Usia Dini “Kumara Cendekia”&nbsp;</i></a> disebutkan bahwa perkembangan fisik motorik berperan penting untuk membentuk kelenturan tubuh anak.&nbsp;&nbsp;</p><p>Cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kemampuan fisik motorik kasar dan halus adalah dengan berkebun. Menurut Beetlestone (2012) di dalam bukunya, kegiatan berkebun yang dilakukan anak dapat memberi kesempatan untuk melakukan aktivitas fisik, melepas energi hingga menonjolkan gerakan fisik.&nbsp;</p><p>Seperti yang Ayah dan Ibu ketahui, kegiatan merawat tanaman atau berkebun menuntut banyak sekali gerakan fisik, seperti menggali tanah, menanam bibit, menyiram tanaman hingga memindahkan pot.&nbsp;</p><h3><strong>2. Dapat melatih kesabaran anak</strong></h3><p>Menurut Herdianing (2014) di dalam sebuah jurnal menyebutkan bahwa kegiatan berkebun dapat dijadikan sebagai sarana untuk bermain yang membantu mengembangkan kecerdasan naturalistik serta memupuk rasa tanggung jawab dan melatih kesabaran anak.&nbsp;</p><p>Bagaimana tidak? Proses menanam benih, menyiram tanaman, memberi pupuk dan menunggu hasil panen tidak dilakukan dalam waktu singkat. Nah, di sinilah kesabaran anak menjadi terlatih. Si Kecil juga dituntut konsisten dalam merawat tanaman yang mereka tanam.&nbsp;</p><h3><strong>3. Menumbuhkan rasa tanggung jawab</strong></h3><p>Merawat tanaman membutuhkan tanggung jawab besar. Ayah dan Ibu yang mengajak&nbsp; si kecil berkebun berarti sudah mengajarkan rasa tanggung jawab untuk menjaga tanaman agar tetap tumbuh. Seperti mengajaknya menyirami tanaman secara rutin, memberi pupuk secara berkala, hingga melindungi tanaman dari hama.&nbsp;</p><p>Mungkin pada awalnya kebiasaan ini terasa berat dilakukan si kecil. Namun ketika Ayah dan Ibu meminta secara rutin, anak akan menjadi terbiasa. Rasa tanggung jawab yang sudah tumbuh akan menjadi kebiasaan positif di dalam kehidupan si kecil nantinya.&nbsp;</p><h3><strong>4. Membuat anak lebih mencintai alam</strong></h3><p>Merawat tanaman berarti sudah mengajak si Kecil untuk mencintai dan menyayangi makhluk hidup. Mereka juga akan turut belajar menjaga bumi. Belajar dari alam secara langsung itu jauh lebih seru dan mengasyikkan daripada hanya membaca teori saja. Ayah dan Ibu bisa mengenalkan cacing atau kupu-kupu&nbsp; secara langsung kepada anak.&nbsp;</p><h3><strong>5. Membuat si Kecil lebih menyukai sayur dan buah</strong></h3><p>Kegiatan berkebun dan merawat tanaman yang dilakukan bersama si kecil, dapat menambah wawasan mereka dari mana sayuran dan buah berasal. Mulai dari benih hingga dapat dipanen.&nbsp;</p><p>Menurut <i>Journal of American Dietetic Association</i> yang dikutip dari laman <a href="https://morinagaplatinum.com/id/milestone/manfaat-belajar-berkebun-untuk-anak-usia-dini">Morinaga Platinum</a>, menunjukkan bahwa anak-anak akan memakan hasil sayur yang mereka tanam sendiri.&nbsp;</p><h3><strong>6. Meredakan stres pada anak</strong></h3><p>Seperti halnya manusia dewasa, anak-anak juga butuh waktu untuk melampiaskan ketegangan dan kebosanan dengan rutinitas sehari-hari. Merawat tanaman merupakan kegiatan yang membantu tubuh memproduksi hormon endorfin, sehingga dapat memicu perasaan bahagia.&nbsp;</p><h3><strong>7. Membantu Tingkatkan Daya Tahan Tubuh</strong></h3><p>Dalam web <a href="https://morinagaplatinum.com/id/milestone/manfaat-belajar-berkebun-untuk-anak-usia-dini">Morinaga Platinum</a>, seorang ahli mikrobiologi, Brett Finlay di dalam bukunya <i>Let Them Eat Dirt</i> mengatakan bahwa di dalam tanah banyak mikroba baik yang tidak berbahaya, justru dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak.&nbsp; Kekebalan tubuh yang meningkat dapat membuat si Kecil tidak mudah sakit.&nbsp;</p><h3><strong>8. Mempererat hubungan antara orang tua dan anak</strong></h3><p>Berkebun dan merawat tanaman merupakan salah satu kegiatan yang dapat mempererat hubungan antara orang tua dan anak. Momen seperti ini juga dapat dijadikan penawar rasa bosan pada rutinitas dan tugas-tugas kantor.&nbsp;</p><p>Ayah dan Ibu dapat berbagi ilmu tentang manfaat dari setiap tanaman yang ditanam.&nbsp;</p><h2><strong>Tips Mengajak Anak Merawat Tanaman Agar Makin Seru</strong></h2><p>Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan Ayah dan Ibu agar membuat aktivitas merawat tanaman menjadi lebih seru.&nbsp;</p><h3><strong>1. Tanamlah tanaman yang mudah perawatannya</strong></h3><p>Ayah dan Ibu bisa memilih jenis tanaman yang mudah dirawat dan cepat panen, misalnya tomat, strawberry atau sawi. Tanaman yang cepat terlihat hasilnya dapat memacu semangat si kecil untuk menanam lebih banyak sayuran.&nbsp;</p><h3><strong>2. Beri si kecil area tersendiri</strong></h3><p>Izinkan si kecil mempunyai area kebunnya sendiri, bisa berupa pot yang diberi nama anak sebagai penanda. Biarkan si kecil menghias area tanamnya dengan batu-batu kecil agar terlihat lebih menarik.&nbsp;</p><p>Cara ini dapat mengasah kreativitas si kecil, sehingga kegiatan merawat tanaman menjadi hal yang lebih menyenangkan.&nbsp;</p><h3><strong>3. Sediakan peralatan berkebun sendiri</strong></h3><p>Saat ini tersedia peralatan berkebun untuk anak-anak yang dijual di banyak <i>marketplace</i>. Ketika si kecil mempunyai peralatan berkebun sendiri, perasaan tanggung jawab pun akan meningkat.&nbsp;</p><p>Ayah dan Ibu juga bisa memanfaatkan botol bekas air mineral yang diberi lubang sebagai alat penyiram tanaman.&nbsp;</p><h3><strong>4. Ajak si kecil membuat kompos bersama</strong></h3><p>Ayah dan Ibu bisa melibatkan si kecil dalam proses pembuatan pupuk kompos. Ayah dan Ibu bisa mengajak si kecil mengumpulkan daun-daun kering atau menuang air sebagai campuran membuat kompos.&nbsp;</p><h3><strong>5. Ajak merawat tanaman sambil belajar sains atau matematika</strong></h3><p>Merawat tanaman merupakan salah satu metode pembelajaran langsung yang menyenangkan dikerjakan bersama si kecil. Ayah dan Ibu tidak hanya bisa mengajarkan tentang nama-nama sayuran atau buah, tetapi juga bisa mengajak anak berhitung atau mengenalkan proses sains.&nbsp;</p><p>Si kecil akan lebih memahami materi yang dipelajari secara langsung.</p><h3><strong>6. Ajak si kecil membuat jurnal foto</strong></h3><p>Kegiatan merawat tanaman bisa sangat menyenangkan apabila setiap momen diabadikan dalam sebuah jurnal. Mintalah anak untuk mencatat setiap perkembangan tumbuhan yang telah ditanam.&nbsp;</p><h3><strong>7. Mengajak si kecil mengolah hasil panen</strong></h3><p>Saat panen adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu. Agar kegiatan semakin seru, Ayah dan Ibu bisa mengajak si kecil untuk mengolah hasil panen bersama.&nbsp;</p><p>Misalnya, ajak anak membuat jus tomat hasil panen dari potnya sendiri. Mulai dari mencuci, memotong hingga proses pembuatan jus tomat.&nbsp;</p><p>Itulah sederet manfaat dan tips mengajak anak merawat tanaman.&nbsp; Apabila Ayah dan Ibu membutuhkan inspirasi aktivitas seru lain yang bisa dilakukan bersama anak, silakan unduh aplikasi pendidikan ICANDO sekarang juga. ICANDO merupakan salah satu aplikasi belajar yang dapat membantu Ayah dan Ibu serta Bunda dan Yanda Guru dalam mendidik si Kecil.&nbsp;</p><p>Semoga informasi di atas dapat menjadi inspirasi bagi Ayah dan Ibu yang sedang mencari kegiatan seru bareng si kecil.&nbsp;</p>

large_merawat-tanaman.jpeg

medium_merawat-tanaman.jpeg

small_merawat-tanaman.jpeg

thumbnail_merawat-tanaman.jpeg

merawat-tanaman.jpeg

8 Manfaat dan Tips Mengajak Anak Merawat Tanaman

10 manfaat dan tips melatih anak puasa sejak dini

<p>Bulan Ramadan yang dinanti telah kembali. Selama sebulan, umat muslim yang telah baligh diwajibkan untuk berpuasa sebagai bentuk keimanan terhadap Allah SWT. Nah, hadirnya bulan Ramadan ini juga dapat dijadikan momen yang tepat untuk melatih anak ibadah puasa.</p><p>Hmmm… Tapi sebenarnya perlu nggak sih si Kecil mulai berpuasa sejak dini? Lalu bagaimana cara mengajarkannya? Simak selengkapnya di sini!</p><h2>Usia Ideal Melatih Puasa</h2><p>Sebelum Ayah Ibu mulai melatih si Kecil, ada baiknya Ayah Ibu pahami dulu usia yang ideal dalam melatih si Kecil untuk berpuasa. Ibadah puasa mulai dapat diperkenalkan dengan mempertimbangkan kemampuan anak untuk menahan rasa lapar dan haus.</p><p>Menurut laman <a href="https://rsa.ugm.ac.id/2015/07/manfaat-dan-tips-berpuasa-untuk-anak/">Rumah Sakit Anak Universitas Gadjah Mada&nbsp;</a>&nbsp;anak berusia tujuh tahun umumnya memerlukan waktu selama 4-6 jam untuk mencerna makan. Hal ini berbeda dengan orang dewasa yang memerlukan waktu lebih lama dalam mencerna makanan, serta mampu mempertahankan metabolisme tubuh dengan lebih lama.</p><p>Secara psikologis, ibadah puasa mulai bisa dikenalkan ketika anak telah&nbsp; berusia empat tahun. Pada usia tersebut, kemampuan untuk memahami aturan dan moral mulai berkembang oleh anak. Selain itu di usia ini anak juga sudah memasuki fase yang lebih siap untuk menerima dan memahami informasi mengenai aturan dan norma.</p><h2>Manfaat Melatih si Kecil Berpuasa</h2><p>Ibadah puasa memiliki berbagai macam manfaat dan hikmah bagi umat muslim, tidak terkecuali bagi anak di usia dini. Meski ibadah puasa bersifat tidak wajib bagi anak yang belum baligh, berlatih melakukan ibadah puasa dapat berguna bagi perkembangan diri anak. Berikut adalah manfaat melatih si Kecil berpuasa yang dikutip dari berbagai sumber.</p><h3>1. Memelihara kebugaran tubuh</h3><p>Dikutip dari laman <a href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/mempersiapkan-anak-berpuasa">Ikatan Dokter Anak Indonesia</a>, puasa dapat digunakan sebagai upaya menjaga agar tubuh selalu dalam kondisi bugar. Saat berpuasa, metabolisme tubuh cenderung melambat, namun bekerja dengan lebih efisien. Hal ini membuat kerja sistem pencernaan anak bekerja dengan lebih optimal.</p><h3>2. Mengembangkan rasa tanggung jawab</h3><p>Berpuasa secara tidak langsung dapat menjadi momen si Kecil untuk belajar tentang konsep konsekuensi dan tanggung jawab. Saat si Kecil memutuskan untuk ikut berpuasa, ia belajar untuk menahan rasa lapar dan haus hingga waktu berbuka tiba.</p><h3>3. Melatih kedisiplinan diri</h3><p>Saat si Kecil berlatih berpuasa, ia juga secara tidak langsung belajar untuk disiplin, khususnya dalam hal ibadah. Misalnya dengan mengajak anak untuk bangun sahur dan berhenti makan minum setelah adzan subuh berkumandang, lalu berbuka saat adzan magrib dan melakukan salat tarawih setelah adzan isya.</p><h3>4. Menumbuhkan empati</h3><p>Ibadah puasa menumbuhkan rasa empati si Kecil terhadap orang lain. Saat anak menahan rasa lapar dan haus saat berpuasa, anak belajar memahami apa yang dihadapi oleh orang lain yang memiliki nasib yang tidak seberuntung dirinya. Rasa empati yang tumbuh dapat meningkatkan rasa peduli anak dan keinginan untuk menolong orang lain.</p><h3>5. Melatih berbagi</h3><p>Berpuasa juga membantu si Kecil melatih kemampuannya untuk berbagi. Sejalan dengan tumbuhnya empati dalam diri anak, Ayah Ibu bisa mulai membiasakan anak untuk berbagi dengan orang lain yang membutuhkan, misalnya dengan berbagi takjil.</p><h3>6. Melatih kesabaran</h3><p>Berpuasa bisa menjadi momen yang tepat bagi si Kecil untuk melatih kesabaran. Saat berpuasa, anak belajar untuk bersabar dalam menunggu waktu berbuka puasa.</p><h3>7. Meningkatkan rasa syukur</h3><p>Berpuasa dapat meningkatkan kepekaan si Kecil dalam menghargai rezeki yang ia punya, khususnya makanan dan minuman. Dengan menahan rasa lapar dan haus, anak akan lebih menghargai dan bersyukur atas makanan dan minuman yang selama ini ia bebas makan sesuka hatinya.</p><h3>8. Mengembangkan kontrol diri</h3><p>Saat berpuasa, si Kecil tidak hanya menahan haus dan lapar, tapi juga menahan emosi negatif yang muncul. Kondisi lapar dapat membuat anak mudah marah dan kesal. Momen ini bisa menjadi waktu yang pas bagi Ayah Ibu untuk mengajarkan anak cara mengendalikan diri. Misalnya dengan melakukan kegiatan bersama.</p><h3>9. Mengenal nilai-nilai agama</h3><p>Mengajarkan si Kecil berpuasa dapat menjadi salah satu cara agar ia lebih mengenal nilai dan ajaran agama. Misalnya dengan menjelaskan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan menurut ajaran agama. Membekali anak dengan pemahaman ajaran agama sejak dini dengan baik dapat menjauhkan anak dari perilaku negatif.</p><h3>10. Mengajarkan kerja sama</h3><p>Melibatkan si Kecil saat proses menyiapkan buka puasa bisa menjadi momen belajar baginya. Saat menyiapkan hidangan berbuka, Ayah dan Ibu bisa mengajarkan pentingnya berkolaborasi dan melatih kemampuan si Kecil dalam bekerja sama.</p><h2>Tips Melatih Si Kecil Berpuasa</h2><ul><li>Jelaskan keutamaan puasa dengan bahasa yang mudah dipahami, bisa dengan buku cerita, berkisah, atau menonton video</li><li>Biasakan untuk latihan berpuasa beberapa hari sebelumnya</li><li>Mulai puasa dari setengah hari dan sedikit demi sedikit ditambah waktunya</li><li>Ajak anak sahur agar ia memiliki tenaga yang cukup</li><li>Libatkan anak dalam kegiatan menyiapkan bukaan sebagai pengisi waktu</li><li>Beri aktivitas untuk mengalihkan perhatian anak dari rasa laparnya</li><li>Puji usaha anak untuk menahan diri dari godaan-godaan dalam puasanya</li><li>Jadikan diri sebagai panutan berpuasa yang baik menurut anak</li></ul><p>Nah, itu lah manfaat dan tips untuk mengenalkan puasa ke si Kecil. Yuk, Ayah Ibu ajak si Kecil berpuasa!</p><p>Bingung cara mengisi waktu hingga waktu berbuka puasa tiba? <a href="https://play.google.com/store/apps/details?id=com.icando.edugame&amp;hl=en_US">Download aplikasi ICANDO</a>! Momen Ramadan semakin menyenangkan dengan ribuan <a href="https://icando.co.id/">game edukasi anak</a> yang super seru dan penuh pengetahuan dari ICANDO.</p><p>&nbsp;</p><p>Referensi</p><p>Manfaat dan tips berpuasa untuk anak. (2015, July 10). Rumah Sakit Akademik UGM Yogyakarta | Friendly and Caring Hospital. Retrieved April 14, 2021, from https://rsa.ugm.ac.id/2015/07/manfaat-dan-tips-berpuasa-untuk-anak/</p><p>Papalia, D. E., &amp; Feldman, R. D. (2012). Experience human development (12th ed.). McGraw-Hill.</p><p>Prawitasari, T. (2015, May 27). Mempersiapkan anak berpuasa. IDAI. Retrieved April 14, 2021, from https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/mempersiapkan-anak-berpuasa</p>

large_melatih-anak-puasa.jpg

medium_melatih-anak-puasa.jpg

small_melatih-anak-puasa.jpg

thumbnail_melatih-anak-puasa.jpg

melatih-anak-puasa.jpg

10 Manfaat dan Tips Melatih Anak Berpuasa Sejak Dini

tips memotivasi anak mengerjakan pr

<p>Memotivasi anak untuk mengerjakan PR terkadang bisa menjadi tantangan tersendiri. Apalagi jika tugas tersebut adalah mata pelajaran yang tidak disukai oleh anak. Segala bujuk rayu telah dilakukan, tetapi tidak membuahkan hasil. Lalu, adakah cara untuk menghindari situasi ini?</p><h2><strong>Apa yang harus dilakukan Ayah dan Ibu?</strong></h2><p>Menurut <a href="https://www.nasponline.org/about-school-psychology/families-and-educators">National Association of School Psychologists (NASP)</a>, ada 3 pesan yang perlu Ayah dan Ibu sampaikan pada si Kecil:</p><p><strong>1. PR adalah bagian yang penting dari sekolah. PR harus diselesaikan dan dikumpulkan pada waktunya. </strong>Menganggap anak-anak bertanggung jawab atas pekerjaan rumah membangun tanggung jawab dan keterampilan manajemen waktu.</p><p><strong>2. Orang tua akan memberikan dukungan sesuai dengan kebutuhan. </strong>Beberapa anak benar-benar kewalahan dengan tugasnya, baik karena mereka merasa terlalu sulit atau karena mereka tidak tahu cara mengerjakannya sendiri. Namun, kecil kemungkinannya anak menjadi kecil hati atau frustrasi ketika orang tua memberikan dorongan dan meyakinkan mereka bahwa bantuan tersedia saat mereka mengalami kebuntuan. Untuk beberapa anak, akan sangat membantu jika orang tua berada di dekat mereka saat mereka bekerja.</p><p><strong>3. Orang tua tidak akan mengerjakan PR untuk anaknya.</strong> Ini memberi tahu anak-anak bahwa peran orang tua adalah untuk mendorong dan membantu mereka, sementara pada saat yang sama mengomunikasikan bahwa PR dirancang untuk membantu anak-anak menguasai keterampilan yang telah dicapai orang tua.</p><h2><strong>Strategi memotivasi anak untuk mengerjakan PR</strong></h2><p>Berikut adalah beberapa strategi yang bisa dicoba Ayah dan Ibu saat si Kecil sulit untuk disuruh mengerjakan tugas di rumah.</p><h3><strong>1. Berikan waktu anak untuk beristirahat terlebih dahulu</strong></h3><p>Menyuruh anak mengerjakan tugas setelah pulang sekolah tidaklah efektif, sebab ia masih lelah baik secara fisik maupun pikiran. Berikanlah waktu untuk beristirahat sampai anak sudah merasa segar kembali. Berikan juga waktu istirahat singkat ketika anak merasa kesulitan saat mengerjakan PR.</p><h3><strong>2. Membuat jadwal rutin untuk mengerjakan PR</strong></h3><p>Adanya jadwal rutin untuk mengerjakan PR atau sekedar me-<i>review</i> pelajaran akan membuat anak terbiasa untuk melakukannya. Sesuaikan jadwal dengan preferensi anak. Ada yang suka belajar di sore hari, tetapi ada juga yang lebih suka di malam hari sebelum tidur.</p><h3><strong>3. Pilih tempat yang nyaman</strong></h3><p>Pilih tempat untuk mengerjakan PR yang tenang dan jauh dari gangguan. Jika anak malah menemukan banyak distraksi di kamar, Ayah dan Ibu bisa menyediakan tempat di ruang lain, seperti ruang keluarga. Pastikan juga barang-barang yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas tersedia.</p><h3><strong>4. Hindari gangguan seperti telepon genggam dan televisi</strong></h3><p>Telepon genggam dan televisi dapat menjadi distraksi yang besar untuk anak. Buatlah aturan agar anak tidak memegang telepon genggam atau menyalakan televisi saat mengerjakan PR. Kecuali jika masih berhubungan dengan pelajaran, seperti <i>searching</i> di internet atau menanyakan tugas pada teman.</p><h3><strong>5. Berikan motivasi dan pengawasan secukupnya</strong></h3><p>Tunjukkan apresiasi pada anak ketika ia telah menyelesaikan tugasnya. Misalnya seperti memberikan tos atau kata-kata pujian, sehingga mereka menjad termotivasi.</p><p>Berikan pengawasan sesekali untuk melihat sejauh mana anak telah mengerjakan tugasnya. Pastikan juga Ayah dan Ibu ada untuk memberi bantuan ketika anak merasa kesulitan.</p><h3><strong>6. Menerapkan </strong><i><strong>rewards and consequences</strong></i></h3><p>Ayah dan Ibu dapat memberi penghargaan pada anak ketika berhasil mengerjakan tugas yang sulit. Namun, hindarilah hadiah yang bersifat material, apalagi uang. Sebab, itu hanya akan mengubah motivasi anak, yaitu mengerjakan tugas untuk mendapat imbalan, bukannya untuk memahami pelajaran yang diajarkan di sekolah.</p><p>Ketika anak tetap menolak untuk mengerjakan PR walaupun sudah diberi tahu tentang akibatnya, biarkan anak merasakan konsekuensinya, misalnya ditegur oleh guru. Dengan begitu. anak akan belajar mengenai tanggung jawab dan menyadari bahwa ada konsekuensi dari setiap tindakan yang diperbuat.</p><p>Si Kecil juga bisa belajar lewat <a href="https://icando.co.id/">permainan edukasi </a>di aplikasi pendidikan anak ICANDO agar tidak merasa jenuh saat belajar. Permainan-permainan yang ada di aplikasi ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga bisa mengasah kemampuan si Kecil, lho!</p>

large_anak-mengerjakan-pr.jpg

medium_anak-mengerjakan-pr.jpg

small_anak-mengerjakan-pr.jpg

thumbnail_anak-mengerjakan-pr.jpg

anak-mengerjakan-pr.jpg

Tips Memotivasi Anak untuk Mengerjakan PR

9 Tips Hentikan Kebiasaan Gigit Kuku pada Anak

<p>Ayah dan Ibu menemukan si Kecil suka gigit kuku? Ternyata, hal ini juga dilakukan oleh sekitar 50% anak-anak dan remaja berusia 10 hingga 18 lainnya. Kebiasaan gigit kuku ini juga disebut dengan <i>onychophagia</i>.</p><p>Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak gigit kuku: kuku anak tidak dipotong dengan baik, anak melihat orang lain melakukannya, untuk memberikan stimulasi pada otak, serta untuk mengatasi stress atau kecemasan.</p><p>Perilaku gigit kuku adalah jenis “kebiasaan gugup” yang paling sering ditemukan. Kebiasaan-kebiasaan lainnya mencakup mengisap jempol, mengupil, menarik rambut, menggeretakkan gigi, dan mengelupas kulit.</p><p>Menggigit kuku dapat bersifat sementara dan relatif tidak merusak, tetapi juga dapat berkembang menjadi masalah jangka panjang. Jika berlangsung terus-menerus, kebiasaan gigit kuku tidak hanya merusak tampilan kuku, tetapi juga dapat merusak gigi anak.</p><p>Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, Ayah dan Ibu dapat menerapkan tips-tips berikut ini.</p><h2><strong>1. Memotong kuku secara rutin</strong></h2><p>Memotong kuku tidak hanya membuat tampilan kuku jadi lebih rapi dan enak dilihat, tetapi juga mengurangi permukaan kuku yang dapat terkena bakteri. Kuku yang lebih pendek juga dapat mencegah anak untuk mengigit kukunya.</p><h2><strong>2. Mencari kegiatan pengganti gigit kuku</strong></h2><p>Carilah pengganti kebiasaan menggigit kuku. Misalnya dengan memberikan cemilan untuk membuat mulut si Kecil sibuk mengunyah, bukannya menggigiti kukunya. Pastikan juga camilan yang diberikan baik untuk kesehatannya ya, Ayah dan Ibu.</p><h2><strong>3. Memulai kebiasaan yang baru</strong></h2><p>Salah satu penyebab dari kebiasaan gigit kuku adalah stres dan kecemasan. Carilah kebiasaan yang dapat menggantikannya, tetapi memiliki efek melegakan yang sama. Misalnya dengan meremas <i>stress ball</i> atau memainkan slime.</p><h2><strong>4. Beri tahu anak tentang kebiasaannya</strong></h2><p>Terkadang anak menggigit kuku tanpa menyadarinya. Beri tahulah anak mengenai hal ini, dan jelaskan alasan mengapa menggigit kuku itu tidak baik. Dengan begitu, saat anak hendak menggigit kuku, ia akan ingat bahwa hal yang dilakukannya itu tidak baik.</p><h2><strong>5. Beri kode</strong></h2><p>Saat anak mulai menggigit kukunya, berikanlah kode atau isyarat pada anak untuk menghentikan kegiatannya itu. Misalnya dengan menyenggol bahunya secara perlahan, menunjuk tangannya, atau menciptakan kata kode tertentu.</p><h2><strong>6. Mengecat kuku</strong></h2><p>Cat kuku memiliki rasa yang pahit, sehingga dapat mencegah anak menggigit kukunya. Namun harus dipastikan juga kalau cat kuku yang digunakan aman bagi anak.</p><h2><i><strong>7. Manicure</strong></i></h2><p>Merapikan kuku atau <i>manicure</i> membuat tampilan kuku menjadi indah. Hal ini juga dapat mengurangi kebiasaan buruknya tersebut.</p><h2><strong>8. Sistem </strong><i><strong>reward</strong></i></h2><p>Berikan reward setiap anak berhasil tidak menggigit kukunya. Misalnya, jika anak tidak mengigit kuku dalam satu hari, ia akan mendapat satu stiker. Lalu jika ia sudah berhasil mengumpulkan lima buah stiker, ia boleh berjalan-jalan ke taman.</p><h2><strong>9. Biarkan anak merasakan konsekuensi</strong></h2><p>Jika cara-cara yang sudah dilakukan tidak berhasil, kadang konsekuensi adalah guru yang terbaik. Jadi, jika anak mengeluh jari-jarinya sakit karena menggigit kuku terlalu pendek, rasa sakit itu dapat menjadi motivasi untuk berhenti menggigit kuku.</p><p>Nah, selain memelihara kesehatan kuku, si Kecil juga bisa belajar cara memelihara anggota tubuhnya yang lain lewat <a href="https://icando.co.id/"><i>game</i> kegiatan sehari-hari</a> di aplikasi pendidikan ICANDO, lho. ICANDO memiliki permainan-permainan yang dirancang khusus untuk mengembangkan kemampuan anak dalam berbagai aspek. <a href="https://play.google.com/store/apps/details?id=com.icando.edugame&amp;hl=in&amp;gl=US"><i>Download</i> aplikasi belajar anak PAUD</a> ICANDO di Play Store!</p><p>Referensi</p><p>Healthwise Staff. (2020). <i>Nail-Biting </i>. Retrieved from C. S. Mott Children's Hospital: <a href="https://www.mottchildren.org/health-library/tw9722spec">https://www.mottchildren.org/health-library/tw9722spec</a></p><p>Hostutler, C. (2018, January 11). <i>Nail Biting Prevention and Habit Reversal Tips: How to Get Your Child to Stop </i>. Retrieved from Nationwide Children's: <a href="https://www.nationwidechildrens.org/family-resources-education/700childrens/2018/01/nail-biting-prevention-and-habit-reversal-tips-how-to-get-your-child-to-stop">https://www.nationwidechildrens.org/family-resources-education/700childrens/2018/01/nail-biting-prevention-and-habit-reversal-tips-how-to-get-your-child-to-stop</a></p><p>Morin, A. (2019, December 1). <i>How to Stop Children From Biting Their Nails </i>. Retrieved from Verywell Family: <a href="https://www.verywellfamily.com/how-to-stop-children-from-biting-their-nails-4156703">https://www.verywellfamily.com/how-to-stop-children-from-biting-their-nails-4156703</a></p><p>Psychology Today. (2019). <i>Onychophagia (Nail Biting) </i>. Retrieved from Psychology Today: <a href="https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/onychophagia-nail-biting">https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/onychophagia-nail-biting</a></p>

medium_anak-gigit-kuku.jpg

small_anak-gigit-kuku.jpg

thumbnail_anak-gigit-kuku.jpg

anak-gigit-kuku.jpg