<p>Tahukah Ayah dan Ibu tentang hari kesehatan? Hari Kesehatan Sedunia (World Health Day) diperingati pada setiap tanggal 7 April. Tetapi tidak hanya itu, Indonesia juga memperingati Hari Kesehatan Nasional, lho.</p><p>Tepat pada tanggal 12 November adalah peringatan Hari Kesehatan Nasional di Indonesia. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Hari Kesehatan Nasional diperingati pertama kali pada 12 November 1964 untuk mengingat keberhasilan pemberantasan malaria.</p><p><strong>Sejarah Hari Kesehatan Nasional</strong></p><p>Mengutip dari <a href="https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4781106/sejarah-hari-kesehatan-nasional-yang-diperingati-setiap-12-november">Detik Health,</a> awal mula sejarah Hari Kesehatan Nasional terjadi pada tahun 1950-an, yaitu pada era Presiden Soekarno. Pada saat itu, banyak rakyat Indonesia yang terkena wabah penyakit malaria. Bahkan, wabah tersebut memakan sampai ratusan ribu korban jiwa.</p><p>Menanggapi hal tersebut, pemerintah melakukan upaya untuk membasmi wabah penyakit tersebut dengan membentuk Dinas Pembasmian Malaria pada tahun 1959, yang Namanya berubah menjadi Komando Operasi Pemberantasan Malaria (KOPEM) pada Januari 1963. Pada saat itu, pemerintah bekerja sama dengan WHO dan USAID. Pemerintah memiliki target bahwa wabah malaria akan hilang dari Indonesia pada tahun 1970.</p><p>Setelah lima tahun, sekitar 63 juta penduduk sudah mendapat perlindungan dari wabah penyakit malaria. Keberhasilan pemerintah Indonesia dalam menanggulangi malaria kemudian diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional, yang pertama kali diperingati pada tanggal 12 November 1964.</p><p><strong>Tema Hari Kesehatan Nasional Ke-57</strong></p><p>Pada tahun 2020 kemarin, tema Hari Kesehatan Nasional yang ke-56 adalah “Satukan Tekad Menuju Indonesia Sehat”. Dilansir dari <a href="https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/12/142236565/hari-kesehatan-nasional-2020-tema-sejarah-dan-makna-peringatannya?page=all">Kompas.com</a> dr Kirana Pritasari, M. QIH, ketua umum HKN ke-56, mengatakan bahwa tema tersebut merupakan seruan untuk seluruh tenaga kesehatan maupun masyarakat untuk terus bertekad dan berjuang di masa pandemi COVID-19.</p><p>Dengan subtema "Jaga Diri, Keluarga dan Masyarakat, Selamatkan Bangsa dari Pandemi Covid-19", HKN tahun 2020 menjadi ajakan agar masyarakat tak putus asa, tidak menyerah, dan tidak kendor dalam menjaga kesehatan diri, demi mewujudkan Indonesia Sehat.</p><p>Untuk tahun ini, masih melanjutkan ajakan&nbsp; tahun sebelumnya, Hari Kesehatan Nasional yang ke-57 mengusung tema besar “Sehat Negeriku, Tumbuh Indonesiaku”. Tahun 2020 merupakan tahun yang berat untuk seluruh dunia dan tentunya Indonesia.&nbsp;</p><p>Tema tahun ini diharapkan menjadi penyemangat bagi rakyat Indonesia, khususnya di sektor kesehatan, untuk bangkit kembali dari pandemi COVID-19.</p><p>Nah, apakah Ayah dan Ibu sudah memberi tahu si Kecil tentang Hari Kesehatan Nasional? Salah satu cara untuk mengenalkannya adalah dengan mengajarkan si Kecil bagaimana cara menjaga kesehatan melalui aplikasi game edukasi ICANDO.&nbsp;</p><p>Di ICANDO, Ayah dan Ibu dapat langsung menemukan permainan mengenai kesehatan yang dapat dengan mudah dimengerti si Kecil. Ada game cara mencuci tangan, menjaga kebersihan tubuh, makan makanan sehat, hingga cara jauh-jauh dari virus corona.</p><p>Yuk, rayakan Hari Kesehatan Nasional ini bersama si Kecil dengan mengenalkannya pada&nbsp; <a href="https://icando.co.id/"><i>game</i> kegiatan sehari-hari</a> yang ada di aplikasi ICANDO. <a href="https://play.google.com/store/apps/details?id=com.icando.edugame&amp;hl=in&amp;gl=US"><i>Download</i> <i>game</i> edukasi anak ICANDO</a> di App Store dan Google Play Store.</p>

small_hari-kesehatan-nasional-2021.png

thumbnail_hari-kesehatan-nasional-2021.png

hari-kesehatan-nasional-2021.png

Kenalkan Hari Kesehatan Nasional 12 November pada si Kecil, Yuk!

bagian tubuh

<p>Si Kecil sudah mulai bertanya tentang bagian-bagian tubuhnya? Mengutip dari laman <a href="https://www.whattoexpect.com/toddler/toddler-growth-and-development/learning-body-parts.aspx">what to expect</a>, memang mulai dari 18 bulan kebanyakan anak dapat menunjuk setidaknya satu bagian tubuh saat diberi tahu, dan pada usia 2 tahun, anak akan mampu menyebutkan banyak bagian tubuh yang berbeda.</p><p>Mengapa penting bagi anak-anak untuk belajar tentang bagian-bagian tubuh?&nbsp;</p><p>Mengajarkan tentang anggota tubuh manusia sejak dini adalah proses pembelajaran yang penting sehingga anak dapat:</p><ul><li>Tahu nama-nama anggota tubuh manusia beserta fungsinya;</li><li>Lebih memahami identitas dirinya;</li><li>Bertanggung jawab menjaga tubuhnya agar tetap sehat; dan</li><li>Tahu bagian tubuh mana yang sifatnya privasi dan boleh/tidak boleh disentuh orang lain.</li></ul><p>Ayah dan Ibu mungkin mulai bertanya-tanya bagaimana cara mengajarkan bagian tubuh kepada anak? Kapan mulai mengajarkannya? &nbsp;Simak caranya di bawah ini.&nbsp;</p><h2><strong>6 cara paling efektif untuk mengajari anak tentang bagian tubuh</strong></h2><p>Sangatlah normal bagi seorang anak untuk ingin mengetahui tentang bagian-bagian tubuhnya, dan tidak ada usia yang spesifik untuk mulai mengajari anak tentang bagian-bagian tubuh. Begnilah cara yang tepat untuk mengenalkannya pada bagian anggota tubuh.&nbsp;</p><h3>1. Menyanyikan lagu anak tentang bagian tubuh</h3><p><i>Dua mata saya</i></p><p><i>Hidung saya satu</i></p><p><i>Dua kaki saya pakai sepatu baru</i></p><p><i>Dua kuping saya yang kiri dan kanan</i></p><p><i>Satu mulut saya tidak berhenti makan</i></p><p>Mungkin Ayah dan Ibu sudah tidak asing dengan lagu di atas. Nyanyikanlah lagu tersebut sambil menunjuk ke bagian tubuh sesuai dengan lirik lagunya. Selain lagu-lagu anak yang sudah ada, Ayah dan Ibu juga bisa membuat lagu sendiri.</p><h3>2. Membaca buku cerita</h3><p>Waktu membaca buku cerita di malam sebelum tidur bisa dimanfaatkan untuk mengajari anak. Banyak buku cerita anak-anak yang bertema bagian tubuh yang Ayah dan Ibu dapat gunakan untuk mengajari anak. Ajak anak melihat gambarnya dan ikut menunjuk gambar bagian-bagian tubuh yang ada di dalam buku.</p><h3>3. Menggunakan mainan</h3><p>Selain menggunakan buku cerita, Ayah dan Ibu juga bisa menggunakan mainan sebagai alat peraga, misalnya seperti boneka atau robot-robotan. Tunjuk bagian-bagian tubuh boneka, kemudian sebutkan nama-namanya.&nbsp;</p><p>Setelah sudah mengajarkannya beberapa kali, coba tes ingatan anak dengan menunjukkan bagian-bagian tubuh boneka sambil menyuruh anak untuk menyebutkan nama bagian tersebut.</p><h3>4. Menggunakan cermin</h3><p>Jika di rumah ada cermin, lebih baik lagi jika cermin <i>full body</i>, Ayah dan Ibu dapat menunjuk pada refleksi anak di cermin untuk mengenalkan nama-nama bagian tubuhnya.&nbsp;</p><p>Memberi anak berbagai macam cara untuk berlatih mengidentifikasi bagian tubuh akan membuat belajar jadi lebih menyenangkan baik bagi si Kecil maupun Ayah dan Ibu.</p><h3>5. Bermain <i>Simon Says</i></h3><p>Bermain adalah cara yang paling menyenangkan untuk mempelajari sesuatu, termasuk dalam mengenal bagian-bagian tubuh. Salah satunya adalah dengan bermain Simon Says.</p><p>Berikanlah anak arahan yang&nbsp; berhubungan dengan bagian tubuh. Misalnya “pegang hidungmu!” atau “goyangkan tanganmu!”.</p><h3>6. Menggunakan <i>game</i> edukatif</h3><p>Selain Simon Says, Ayah dan Ibu juga bisa mengajarkan anak menggunakan <a href="https://icando.co.id/"><i>game</i> interaktif anak</a> seperti aplikasi ICANDO yang memiliki permainan-permainan untuk anak mengenal bagian-bagian tubuh.</p><p>Selain itu, ICANDO juga memiliki banyak game lainnya untuk mengasah kemampuan si Kecil, lo. Terdapat ribuan aktivitas edukatif yang dapat mengembangakan kompetensi pembelajaran abad 21: berkomunikasi, berkolaborasi, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. <a href="http://icando.co.id/download"><i>Download</i> aplikasi game anak </a>ICANDO di App Store atau Play Store.</p>

large_bagian-tubuh.jpg

medium_bagian-tubuh.jpg

small_bagian-tubuh.jpg

thumbnail_bagian-tubuh.jpg

bagian-tubuh.jpg

<p>Tria Zulviana adalah seorang praktisi di bidang pendidikan yang telah menyelesaikan S1 di Universitas Negeri Jakarta, Teacher Training di Tsukuba University, Jepang dan S2 di University College London Institute of Education. Ia pernah terpilih menjadi Participating Youth dalam program Ship for Southeast Asia Youth Program dan aktif mendiskusikan peran pemuda dalam pendidikan. Tria memiliki pengalaman mengajar selama kurang lebih sepuluh tahun di berbagai jenjang pendidikan dengan berbagai kurikulum. Ia berpengalaman menulis beragam artikel terkait pengembangan kemampuan abad 21, khususnya komunikasi dan kreativitas. Saat ini aktif sebagai penggerak pendidikan dan perkembangan anak usia dini melalui ICANDO.&nbsp;</p>

thumbnail_photo_2021-03-04_22-05-26 (1).jpg

photo_2021-03-04_22-05-26 (1).jpg

Tria Zulviana, M.A., TESOL

6 Cara Jitu Mengajari Anak Mengenal Bagian-Bagian Tubuh

afeksi adalah

<p>Dalam tumbuh kembang si Kecil tercinta, Ayah dan Ibu pastinya ingin memberikan yang terbaik. Salah satu hal yang paling penting dalam pertumbuhan anak yang sehat adalah afeksi dari orang tua.</p><p>Apa itu afeksi? Menurut definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia, afeksi adalah rasa kasih sayang. Afeksi sangatlah penting untuk perkembangan otak anak yang sehat.</p><p>Sebuah studi yang dipimpin <a href="https://newsroom.ucla.edu/releases/lack-of-parental-warmth-abuse-248580">University of California, Los Angeles (UCLA)</a> pada tahun 2013 meneliti untuk pertama kalinya efek kekerasan dan kurangnya afeksi dari orang tua memiliki hubungan biologis yang kuat yang dapat memengaruhi kesehatan fisik di masa dewasa. Namun, para peneliti juga menemukan bahwa kehangatan orang tua dapat mengurangi beberapa dampak negatif pada kesehatan.</p><p>Penelitian lainnya, <a href="https://globalhealth.duke.edu/news/study-finds-mothers-affection-infancy-predicts-emotional-distress-adulthood">Duke University Medical Center</a> pada tahun 2010 membuktikan bahwa tingkat afeksi yang tinggi dari seorang ibu cenderung memfasilitasi <i>bonding</i> atau keterikatan. Tidak hanya menurunkan stres, tingkat afeksi yang tinggi juga memungkinkan seorang anak untuk mengembangkan keterampilan hidup, sosial, dan koping yang efektif, yang akan mendukung mereka sebagai orang dewasa.</p><h2>Cara Menunjukkan Afkesi untuk Anak</h2><p>Sebagai orang tua, tentunya kita ingin memastikan bahwa anak merasa bahwa ia dicintai. Lalu, bagaimana sih cara menunjukkan pada anak bahwa Ayah dan Ibu sayang padanya? Tidak hanya dalam bentuk kata-kata, masih ada banyak cara untuk menunjukkan afeksi untuk anak, lo! Simak macam-macam caranya di bawah ini.&nbsp;</p><h3>1. Memberikan pelukan</h3><p>Tak dapat dipungkiri, kontak fisik adalah salah satu cara yang paling efektif dalam menunjukkan afeksi kepada anak secara langsung. Maka dari itu, sangat disarankan bagi Ayah dan Ibu untuk memberikan pelukan pada si Kecil setiap harinya.</p><h3>2. Mendengarkan ceritanya</h3><p>Anak tentunya ingin menjadi bagian yang penting dari hidup Ayah dan Ibu, dan Ayah Ibu tentu ingin menunjukkannya. Caranya cukup sederhana, tetapi berdampak besar: mendengarkan cerita anak dengan penuh perhatian.</p><p>Beri sinyal anak bahwa Ayah dan Ibu sangat tertarik dengan ceritanya. Saat ia bercerita, sesekali tanyakan tentang opininya. Dengan begitu, ia tahu bahwa Ayah dan Ibu benar-benar mendengarkan ceritanya.</p><h3>3. Libatkan dalam pengambilan keputusan</h3><p>Saat mau mengambil keputusan, jangan lupa untuk melibatkan anak dengan menanyakan pendapatnya. Misalnya saat mau memilih restoran ketika hendak makan malam di luar atau memilih tempat untuk destinasi liburan.</p><h3>4. Memberikan apresiasi</h3><p>Berikan apresiasi saat anak berhasil melakukan sesuatu. Misalnya, anak berhasil merapikan tempat tidur atau mainannya sendiri. Berikan pujian yang spesifik dan lebih berfokus pada prosesnya sehingga menjadi penambah rasa percaya diri untuk anak.</p><h3>5. Berikan perhatian yang sama</h3><p>Ketika Ayah dan Ibu memiliki dua anak atau lebih, memberikan perhatian yang sama pada semua anak dapat menjadi hal yang rumit. Lalu, apa yang Ayah dan Ibu bisa lakukan untuk membuat semua anak mendapatkan kasih sayang yang sama?</p><p>Hal pertama yang Ayah dan Ibu wajib lakukan adalah hindari membandingkan anak dengan satu sama lain. Bahkan ketika mereka memiliki ketertarikan yang berbeda-beda, berilah dukungan yang sama, meskipun Ayah dan Ibu lebih menyukai ketertarikan yang satu daripada yang lainnya.</p><p>Yang kedua, habiskan waktu individu dengan setiap anak. Setiap anak ingin dan perlu merasa penting bagi orang tuanya. Menurut Fran Walfish, Psy.D., psikoterapis keluarga dan hubungan yang dikutip dari <a href="https://www.parents.com/parenting/better-parenting/simple-ways-to-show-your-child-your-love/">Parents</a>, luangkan setidaknya 10 hingga 15 menit setiap hari untuk memberikan perhatian <i>one-on-one</i> saat melakukan aktivitas yang disukai anak.</p><h3>6. Mengucapkan terima kasih</h3><p>Kita selalu mengajarkan pada anak untuk mengucapkan “terima kasih” setiap seseorang melakukan sesuatu untuknya. Namun, sudahkah kita berterima kasih padanya?</p><p>Beri tahu bahwa Ayah dan Ibu menghargainya ketika mereka mendengarkan, ketika mereka bersikap baik kepada saudaranya, ketika mereka meminta maaf atas sesuatu, dan lain sebagainya.</p><h3>7. Meluangkan waktu untuk bermain bersama</h3><p>Cara terbaik untuk membentuk ikatan dengan anak adalah dengan meluangkan waktu untuknya. Tidak usah memikirkan hal yang rumit, Ayah dan Ibu bisa menghabiskan waktu bersama anak dengan memainkan permainan yang ia sukai. Bahkan sampai dewasa nanti, anak akan selalu ingat jika Ayah dan Ibu sering meluangkan waktu untuknya.</p><h3>8. Mengajarkan hal-hal baru</h3><p>Selain bermain bersama, Ayah dan Ibu juga bisa mengajarkan hal-hal baru kepada anak. Misalnya mengajari anak memasak, pergi ke museum, atau mengajaknya ke kantor untuk mengenali apa pekerjaan Ayah dan Ibu.</p><p>Nah, sebenarnya banyak kan, hal yang bisa kita lakukan untuk menunjukkan afeksi atau rasa kasih sayang kita kepada anak? Terkadang, hal-hal yang terkesan sederhana dapat memberikan efek yang luar biasa.</p><p>Ayah dan Ibu bisa juga nih, bermain bersama si Kecil sambil belajar. Lewat <a href="https://icando.co.id/">aplikasi permainan anak</a> ICANDO, Ayah dan Ibu bisa <i>bonding</i> bersama si Kecil sambil mengasah kemampuannya. <a href="http://icando.co.id/download"><i>Download game</i> belajar anak</a> ICANDO di App Store dan juga Play Store.</p>

medium_afeksi-adalah.jpeg

small_afeksi-adalah.jpeg

thumbnail_afeksi-adalah.jpeg

afeksi-adalah.jpeg

Pentingnya Afeksi untuk Anak dan Cara Menunjukkannya

anak bersosialisasi

<p>Ayah dan Ibu tentu sudah familiar dengan ungkapan “manusia adalah makhluk sosial”, yang berarti manusia tidak dapat hidup sendiri dan akan selalu memiliki hubungan timbal-balik dengan manusia lainnya.</p><p>Memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik sangatlah penting dalam membangun hubungan dengan orang lain, dimulai dari masa kanak-kanak.</p><p>Menurut studi yang dipublikasikan oleh <a href="https://ajph.aphapublications.org/doi/full/10.2105/AJPH.2015.302630">American Journal of Public Health</a> pada tahun 2015, keterampilan sosial dan emosional anak di taman kanak-kanak mungkin merupakan prediktor terbesar keberhasilan di masa dewasa.</p><p>Bersosialisasi bukanlah keterampilan yang muncul begitu saja. Mungkin ada anak-anak yang mudah beradaptasi saat bertemu dengan orang baru, tetapi sebagian anak juga mengalami kesulitan saat bersosialisasi.</p><p>Tidak usah khawatir! Kabar baiknya, kemampuan bersosialisasi anak dapat dilatih sejak dini. Yuk, simak beberapa tips di bawah ini untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi anak!</p><h2><strong>Tips &amp; Trik Ajak Anak Bersosialiasi</strong></h2><h3>1. Melatih anak untuk mendengarkan</h3><p>Hal yang paling esensial dari bersosialisasi adalah mendengarkan. Mendengarkan yang dimaksud di sini bukanlah sekadar mendengarkan, tetapi benar-benar menyerap dan memahami apa yang lawan bicara katakan.</p><p>Seorang anak tidak dapat menunjukkan kasih atau memberikan dukungan kepada orang lain tanpa terlebih dahulu mendengarkan dan memahami apa yang dikatakan orang lain.</p><p>Tekankan pada anak untuk mendengarkan dengan saksama ketika orang sedang berbicara, dan tak lupa untuk mengajarkan sejak dini bahwa saat sedang dalam percakapan dengan seseorang, kita tidak boleh menggunakan <i>smartphone</i>.</p><h3>2. Ajari anak mengikuti arahan</h3><p>Anak-anak yang memiliki kesulitan dalam mengikuti arahan cenderung mengalami berbagai konsekuensi. Mulai dari harus mengulang tugas pekerjaan rumah mereka, hingga mendapat masalah karena perilaku buruk. Tidak mengikuti petunjuk bisa menjadi masalah besar.</p><p>Ayah dan Ibu dapat melatihnya dengan memberikan satu perintah dalam satu waktu, misalnya daripada mengatakan “ambil sepatumu, simpan bukumu, dan cuci tanganmu,” tunggu sampai sepatu diambil sebelum memberikan perintah selanjutnya.</p><h3>3. Latih untuk mendeteksi nada suara saat orang lain berbicara</h3><p>Jelaskan bahwa kata-kata, nada, bahasa tubuh, dan ekspresi wajah dapat mengubah interpretasi dari pesan yang ingin disampaikan.&nbsp;</p><p>Minta anak untuk merefleksikan diri: Apa yang aku katakan, dan bagaimana nadanya? Bantu ia mengenali bahwa mendeteksi nada suara adalah keterampilan penting yang dapat dibangun dari waktu ke waktu.</p><h3>4. Ajari tentang isyarat sosial dan bahasa tubuh</h3><p>Bahasa tubuh menyampaikan banyak hal tentang orang tersebut dan bagaimana niat mereka. Ajari anak untuk bersikap terbuka dan ramah saat menyapa seseorang. Tidak ada yang ingin terlibat dengan seseorang yang berdiri dengan tangan disilangkan dan menguap.</p><h3>5. Biasakan anak membuat kontak mata</h3><p>Kontak mata yang baik adalah bagian penting dari komunikasi. Beberapa anak merasa kesulitan untuk melihat orang yang mereka ajak bicara. Jika anak pemalu dan lebih suka menatap lantai atau tidak mau melihat ke atas ketika asyik dengan aktivitas lain, tekankan pentingnya kontak mata yang baik.</p><h3>6. Mengajari anak berkolaborasi dengan anak lain</h3><p>Keterampilan berkolaborasi yang baik sangatlah penting untuk bergaul dalam komunitas. Anak perlu bekerja sama dengan teman sekelasnya di taman bermain maupun di dalam kelas.</p><p>Sekitar usia 3,5 tahun, anak dapat mulai bekerja dengan teman sebayanya untuk mencapai tujuan yang sama. Untuk anak-anak, kerja sama dapat melibatkan apa saja mulai dari membangun menara mainan bersama hingga bermain <i>game</i> yang mengharuskan semua orang untuk berpartisipasi.&nbsp;</p><p>Dalam hal kerja sama dan kolaborasi, beberapa anak mungkin mengambil posisi kepemimpinan sementara yang lain akan merasa lebih nyaman mengikuti instruksi. Bagaimanapun, kerjasama adalah kesempatan besar bagi anak-anak untuk belajar lebih banyak tentang diri mereka sendiri dan bagaimana mereka berfungsi dengan baik dalam kelompok.</p><h3>7. Melatih anak menggunakan <i>three magic words</i></h3><p>Dalam bersosialisasi, bersikap baik adalah elemen yang penting. Ajarkan anak untuk bersikap baik kepada orang lain, dapat dimulai dengan mengajarkan t<i>hree magic words</i>: <i>please</i> (tolong), <i>thank you</i> (terima kasih), dan <i>sorry</i> (maaf).</p><h3>8. Mengajarkan empati</h3><p>Ajarkan anak mengenai empati dengan memberikan pemahaman dan contoh perilaku. Misalnya, menolong seorang teman yang sedang kesulitan atau memberikan kado untuk keluarga dan teman yang sedang berulang tahun.&nbsp;</p><p>Jika anak masih terlihat kesulitan dalam bersosialisasi dengan orang-orang baru, Ayah dan Ibu tidak usah risau. Tetaplah latih anak secara perlahan, karena setiap anak memiliki tingkat kecepatan belajar berbeda-beda. Semakin banyak berlatih, semakin anak akan pandai dalam bersosialisasi.</p><p>Ayah dan Ibu juga dapat mengajari anak bersosialisasi melalui <a href="https://icando.co.id/"><i>game</i> edukasi anak</a> yang ada di aplikasi ICANDO. Tak hanya itu, masih banyak ribuan aktivitas lainnya untuk menemani belajar si Kecil. <a href="http://icando.co.id/download"><i>Download</i> aplikasi pendidikan anak</a> ICANDO di App Store atau Play Store.&nbsp;</p>

large_anak-bersosialiasi.jpg

medium_anak-bersosialiasi.jpg

small_anak-bersosialiasi.jpg

thumbnail_anak-bersosialiasi.jpg

anak-bersosialiasi.jpg

Tingkatkan Skill Bersosialisasi Anak dengan 8 Cara Ini!

tahap tumbuh kembang anak

<p>Memahami tahap tumbuh kembang anak adalah hal yang krusial bagi orang tua. Setiap tahap memiliki tantangannya masing-masing, baik secara fisik maupun emosional. Penting bagi Ayah dan Ibu untuk memahami apa saja tahap tumbuh kembang anak sehingga anak mendapatkan apa yang ia butuhkan.</p><p>Anak mengalami berbagai perubahan dalam perkembangan fisik, bicara, intelektual, dan kognitif secara bertahap hingga remaja. Perubahan spesifik terjadi pada tahap tumbuh kembang tertentu yang dikenal dengan pencapaian perkembangan anak.</p><h2><strong>Pencapaian Perkembangan Anak</strong></h2><p>Berikut ini adalah rangkuman yang lebih terperinci mengenai <i>milestone</i> atau pencapaian perkembangan anak menurut <a href="https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/index.html">Centers for Disease Control and Prevention (CDC)</a> mulai dari usia 2 bulan sampai 5 tahun.</p><h3><strong>2 bulan</strong></h3><figure class="table"><table><tbody><tr><td><strong>Pencapaian Sosial/Emosional</strong></td><td><strong>Pencapaian Bahasa/Komunikasi</strong></td><td><strong>Pencapaian Kognitif (belajar, berpikir, pemecahan masalah)</strong></td><td><p><strong>Pencapaian Gerakan/Perkembangan Fisik</strong></p><p><br>&nbsp;</p></td></tr><tr><td><ul><li>Tenang saat diajak bicara atau digendong</li><li>Melihat wajah kita saat diajak bicara</li><li>Terlihat senang saat melihat kita berjalan ke arahnya</li><li>Tersenyum saat kita berbicara atau tersenyum padanya</li></ul><p><br>&nbsp;</p></td><td><ul><li>Mengeluarkan suara selain menangis</li><li>Bereaksi terhadap suara keras</li></ul><p><br>&nbsp;</p></td><td><ul><li>Mengamati kita saat kita bergerak</li><li>Melihat mainan selama beberapa detik</li></ul></td><td><ul><li>Mengangkat kepala saat tengkurap</li><li>Menggerakkan kedua tangan dan kedua kaki</li><li>Membuka tangan sejenak</li></ul><p><br>&nbsp;</p></td></tr></tbody></table></figure><h3>&nbsp;</h3><h3><strong>4 bulan</strong></h3><figure class="table"><table><tbody><tr><td><strong>Pencapaian Sosial/Emosional</strong></td><td><strong>Pencapaian Bahasa/Komunikasi</strong></td><td><strong>Pencapaian Kognitif (belajar, berpikir, pemecahan masalah)</strong></td><td><p><strong>Pencapaian Gerakan/Perkembangan Fisik</strong></p><p><br>&nbsp;</p></td></tr><tr><td><ul><li>Tersenyum sendiri untuk mendapatkan perhatian</li><li>Tertawa (belum sepenuhnya tertawa) ketika kita mencoba membuatnya tertawa</li><li>Melihat, bergerak, atau membuat suara untuk mendapatkan atau mempertahankan perhatian kita</li></ul></td><td><ul><li>Membuat suara seperti “oooo”, “aahh”</li><li>Membuat suara kembali ketika kita berbicara dengannya</li><li>Memalingkan kepala ke arah sumber suara</li></ul><p><br>&nbsp;</p></td><td><ul><li>Saat lapar, membuka mulut ketika dia melihat payudara atau botol susu</li><li>Melihat tangannya dengan penuh minat</li></ul></td><td><ul><li>Menegakkan kepala dengan stabil tanpa dukungan saat digendong</li><li>Memegang mainan saat kita meletakkan mainan tersebut di tangannya</li><li>Menggunakan tangannya untuk mengayunkan mainan</li><li>Menggerakkan tangan ke mulut</li><li>Mendorong dengan siku/lengan bawah saat tengkurap</li></ul><p><br>&nbsp;</p></td></tr></tbody></table></figure><h3>&nbsp;</h3><h3><strong>6 bulan</strong></h3><figure class="table"><table><tbody><tr><td><strong>Pencapaian Sosial/Emosional</strong></td><td><strong>Pencapaian Bahasa/Komunikasi</strong></td><td><strong>Pencapaian Kognitif (belajar, berpikir, pemecahan masalah)</strong></td><td><p><strong>Pencapaian Gerakan/Perkembangan Fisik</strong></p><p><br>&nbsp;</p></td></tr><tr><td><ul><li>Mengenali orang yang sudah familiar</li><li>Suka melihat diri sendiri di cermin</li><li>Tertawa</li></ul></td><td><ul><li>Bergiliran membuat suara dengan kita</li><li><i>Blowing "raspberry"</i> (menjulurkan lidah dan meniup)</li><li>Membuat suara memekik</li></ul><p><br>&nbsp;</p></td><td><ul><li>Menempatkan sesuatu di mulutnya untuk menjelajahinya</li><li>Bergerak untuk meraih mainan yang dia inginkan</li><li>Mengatupkan bibir saat tidak mau makan lagi</li></ul><p><br>&nbsp;</p></td><td><ul><li>Berguling dari perut ke belakang</li><li>Mendorong ke atas dengan posisi tangan lurus saat tengkurap</li><li>Bersandar pada tangan untuk menopang dirinya sendiri saat duduk</li></ul></td></tr></tbody></table></figure><h3>&nbsp;</h3><h3><strong>9 bulan</strong></h3><figure class="table"><table><tbody><tr><td><strong>Pencapaian Sosial/Emosional</strong></td><td><strong>Pencapaian Bahasa/Komunikasi</strong></td><td><strong>Pencapaian Kognitif (belajar, berpikir, pemecahan masalah)</strong></td><td><p><strong>Pencapaian Gerakan/Perkembangan Fisik</strong></p><p><br>&nbsp;</p></td></tr><tr><td><ul><li>Menampilkan beberapa ekspresi wajah, seperti senang, sedih, marah, dan terkejut</li><li>Menoleh ketika namanya dipanggil</li><li>Bereaksi ketika ditinggal (melihat, meraih, atau menangis)</li><li>Tersenyum atau tertawa ketika bermain cilukba</li></ul></td><td><ul><li>Membuat banyak suara yang berbeda seperti "mamamama" dan "bababababa"</li><li>Mengangkat lengan ketika digendong</li><li>&nbsp;</li></ul><p><br>&nbsp;</p></td><td><ul><li>Mencari benda (seperti sendok atau mainannya) ketika benda tersebut hilang dari pandangan</li><li>Menyatukan dua hal</li></ul><p><br>&nbsp;</p></td><td><ul><li>Mendapat posisi duduk sendiri</li><li>Memindahkan barang dari satu tangan ke tangan lainnya</li><li>Menggunakan jari untuk "menggaruk" makanan ke arah dirinya sendiri</li><li>Duduk tanpa dukungan</li></ul></td></tr></tbody></table></figure><h3>&nbsp;</h3><h3><strong>1 tahun</strong></h3><figure class="table"><table><tbody><tr><td><strong>Pencapaian Sosial/Emosional</strong></td><td><strong>Pencapaian Bahasa/Komunikasi</strong></td><td><strong>Pencapaian Kognitif (belajar, berpikir, pemecahan masalah)</strong></td><td><p><strong>Pencapaian Gerakan/Perkembangan Fisik</strong></p><p><br>&nbsp;</p></td></tr><tr><td><ul><li>Memainkan permainan bersama, seperti permainan tepuk tangan</li></ul></td><td><ul><li>Melambaikan tangan "selamat tinggal"</li><li>Memanggil orang tua "mama" atau "papa" atau nama khusus lainnya</li><li>Memahami kata "tidak" (berhenti sebentar atau benar-benar berhenti saat kita mengatakannya)</li></ul></td><td><ul><li>Memasukkan sesuatu ke dalam wadah, seperti balok ke dalam cangkir</li><li>Mencari hal-hal yang disembunyikan, seperti mainan di bawah selimut</li></ul><p><br>&nbsp;</p></td><td><ul><li>Menarik diri untuk berdiri</li><li>Berjalan dengan berpegangan pada perabotan</li><li>Minum dari cangkir tanpa tutup sambil dipegangi</li><li>Mengambil sesuatu di antara ibu jari dan jari telunjuk, seperti sedikit makanan</li></ul></td></tr></tbody></table></figure><h3>&nbsp;</h3><h3><strong>15 bulan</strong></h3><figure class="table"><table><tbody><tr><td><strong>Pencapaian Sosial/Emosional</strong></td><td><strong>Pencapaian Bahasa/Komunikasi</strong></td><td><strong>Pencapaian Kognitif (belajar, berpikir, pemecahan masalah)</strong></td><td><p><strong>Pencapaian Gerakan/Perkembangan Fisik</strong></p><p><br>&nbsp;</p></td></tr><tr><td><ul><li>Meniru anak lain saat bermain, seperti mengeluarkan mainan dari wadah ketika anak lain melakukannya</li><li>Menunjukkan objek yang dia suka</li><li>Bertepuk tangan saat bersemangat</li><li>Memeluk boneka atau mainan lainnya</li><li>Menunjukkan kasih sayang (memeluk atau mencium)</li></ul></td><td><ul><li>Meniru anak lain saat bermain, seperti mengeluarkan mainan dari wadah ketika anak lain melakukannya</li><li>Menunjukkan objek yang dia suka</li><li>Bertepuk tangan saat bersemangat</li><li>Memeluk boneka atau mainan lainnya</li><li>Menunjukkan kasih sayang (memeluk atau mencium)</li></ul></td><td><ul><li>Mencoba menggunakan sesuatu dengan cara yang benar, seperti telepon, cangkir, atau buku</li><li>Menumpuk setidaknya dua benda kecil, misalnya balok</li></ul><p><br>&nbsp;</p></td><td><ul><li>Mengambil beberapa langkah sendiri</li><li>Menggunakan jari untuk memberi makan dirinya sendiri</li></ul></td></tr></tbody></table></figure><h3>&nbsp;</h3><h3><strong>2 tahun</strong></h3><figure class="table"><table><tbody><tr><td><strong>Pencapaian Sosial/Emosional</strong></td><td><strong>Pencapaian Bahasa/Komunikasi</strong></td><td><strong>Pencapaian Kognitif (belajar, berpikir, pemecahan masalah)</strong></td><td><p><strong>Pencapaian Gerakan/Perkembangan Fisik</strong></p><p><br>&nbsp;</p></td></tr><tr><td><ul><li>Menendang bola</li><li>Berlari</li><li>Menaiki beberapa anak tangga dengan atau tanpa bantuan</li><li>Makan dengan sendok</li></ul></td><td><ul><li>Menendang bola</li><li>Berlari</li><li>Menaiki beberapa anak tangga dengan atau tanpa bantuan</li><li>Makan dengan sendok</li></ul></td><td><ul><li>Menendang bola</li><li>Berlari</li><li>Menaiki beberapa anak tangga dengan atau tanpa bantuan</li><li>Makan dengan sendok</li></ul></td><td><ul><li>Menendang bola</li><li>Berlari</li><li>Menaiki beberapa anak tangga dengan atau tanpa bantuan</li><li>Makan dengan sendok</li></ul></td></tr></tbody></table></figure><h3>&nbsp;</h3><h3><strong>30 bulan</strong></h3><figure class="table"><table><tbody><tr><td><strong>Pencapaian Sosial/Emosional</strong></td><td><strong>Pencapaian Bahasa/Komunikasi</strong></td><td><strong>Pencapaian Kognitif (belajar, berpikir, pemecahan masalah)</strong></td><td><p><strong>Pencapaian Gerakan/Perkembangan Fisik</strong></p><p><br>&nbsp;</p></td></tr><tr><td><ul><li>Bermain di samping anak-anak lain dan terkadang bermain dengan mereka</li><li>Menunjukkan apa yang bisa dia lakukan dengan mengatakan, "Lihat aku!"</li><li>Mengikuti rutinitas sederhana saat diberi tahu, seperti membantu mengambil mainan saat Ayah dan Ibu mengatakan, "Sudah waktunya bersih-bersih."</li></ul></td><td><ul><li>Mengatakan sekitar 50 kata</li><li>Mengatakan dua kata atau lebih secara bersamaan, dengan satu kata kerja aktif seperti “Kucing lari”</li><li>Menyebutkan hal-hal dalam sebuah buku ketika kita menunjuk dan bertanya, "apa ini?"</li><li>Mengatakan kata-kata seperti “aku” atau “kita”</li></ul></td><td><ul><li>Menggunakan berbagai barang untuk berpura-pura, seperti memberi makan sebuah balok ke boneka seolah-olah itu adalah makanan</li><li>Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah yang sederhana, seperti berdiri di atas bangku kecil untuk mencapai sesuatu</li><li>Mengikuti instruksi dua langkah seperti "Letakkan mainan dan tutup pintunya."</li><li>Menunjukkan bahwa dia tahu setidaknya satu warna, seperti menunjuk ke krayon merah ketika Ayah dan Ibu bertanya, "Yang mana yang merah?</li></ul></td><td><ul><li>Menggunakan tangan untuk memutar sesuatu, seperti memutar kenop pintu atau membuka tutupnya</li><li>Melepas beberapa pakaian sendiri, seperti celana yang longgar atau jaket yang terbuka</li><li>Melompat dari tanah dengan kedua kaki</li><li>Membalik halaman buku satu per satu saat Ayah dan Ibu membacakan buku untuknya</li></ul></td></tr></tbody></table></figure><h3>&nbsp;</h3><h3><strong>3 tahun</strong></h3><figure class="table"><table><tbody><tr><td><strong>Pencapaian Sosial/Emosional</strong></td><td><strong>Pencapaian Bahasa/Komunikasi</strong></td><td><strong>Pencapaian Kognitif (belajar, berpikir, pemecahan masalah)</strong></td><td><p><strong>Pencapaian Gerakan/Perkembangan Fisik</strong></p><p><br>&nbsp;</p></td></tr><tr><td><ul><li>Bersikap tenang dalam 10 menit setelah Ayah dan Ibu meninggalkannya, misalnya saat di tempat penitipan anak</li><li>Memperhatikan anak-anak lain dan bergabung dengan mereka untuk bermain</li></ul></td><td><ul><li>Berbicara dengan dalam sebuah percakapan setidaknya dengan dua pertukaran percakapan</li><li>Mengajukan pertanyaan “Siapa”, “Apa”, “Di mana”, atau “Mengapa”, seperti “Di mana Ibu/Ayah?”</li><li>Mengatakan tindakan apa yang terjadi dalam gambar atau buku saat ditanya, seperti "berlari", "makan", atau "bermain"</li><li>Mengucapkan nama depan ketika ditanya</li><li>Berbicara dengan cukup baik untuk dipahami orang lain</li></ul></td><td><ul><li>Menggambar lingkaran ketika diajarkan</li><li>Menghindari menyentuh benda panas seperti kompor saat diperingatkan</li></ul></td><td><ul><li>Merangkai benda seperti manik-manik besar atau makaroni bersama-sama</li><li>Mengenakan beberapa jenis pakaian sendiri, misalnya celana longgar atau jaket</li><li>Menggunakan garpu</li></ul></td></tr></tbody></table></figure><h3>&nbsp;</h3><h3><strong>4 tahun</strong></h3><figure class="table"><table><tbody><tr><td><strong>Pencapaian Sosial/Emosional</strong></td><td><strong>Pencapaian Bahasa/Komunikasi</strong></td><td><strong>Pencapaian Kognitif (belajar, berpikir, pemecahan masalah)</strong></td><td><p><strong>Pencapaian Gerakan/Perkembangan Fisik</strong></p><p><br>&nbsp;</p></td></tr><tr><td><ul><li>Bermain peran saat bermain (berpura-pura menjadi guru, pahlawan super, atau hewan)</li><li>Meminta untuk pergi bermain dengan temannya jika tidak ada orang di sekitar, seperti "Bisakah aku bermain dengan Alex?"</li><li>Menghibur orang lain yang sedang terluka atau sedih, seperti memeluk teman yang menangis</li><li>Menghindari bahaya, misalnya dengan tidak melompat dari ketinggian di taman bermain</li><li>Suka menjadi “penolong”</li><li>Mengubah perilaku berdasarkan tempat dia berada (tempat ibadah, perpustakaan, taman bermain)</li></ul></td><td><ul><li>Mengucapkan kalimat dengan empat kata atau lebih</li><li>Mengucapkan beberapa kata dari lagu, cerita, atau sajak anak</li><li>Berbicara tentang setidaknya satu hal yang terjadi pada hari itu, misalnya "Aku bermain sepak bola."</li><li>Menjawab pertanyaan sederhana seperti “Untuk apakah krayon itu?”</li></ul></td><td><ul><li>Menyebutkan beberapa warna</li><li>Menceritakan apa yang terjadi selanjutnya dalam cerita terkenal</li><li>Menggambar seseorang dengan tiga atau lebih bagian tubuh</li></ul></td><td><ul><li>Menangkap bola besar</li><li>Melayani dirinya sendiri saat mengambil makanan atau menuangkan air dengan pengawasan orang dewasa</li><li>Membuka beberapa kancing</li><li>Memegang krayon atau pensil di antara jari dan ibu jari (bukan kepalan tangan)</li></ul></td></tr></tbody></table></figure><h3>&nbsp;</h3><h3><strong>5 tahun</strong></h3><figure class="table"><table><tbody><tr><td><strong>Pencapaian Sosial/Emosional</strong></td><td><strong>Pencapaian Bahasa/Komunikasi</strong></td><td><strong>Pencapaian Kognitif (belajar, berpikir, pemecahan masalah)</strong></td><td><p><strong>Pencapaian Gerakan/Perkembangan Fisik</strong></p><p><br>&nbsp;</p></td></tr><tr><td><ul><li>Mengikuti aturan atau bergantian dengan anak lain saat bermain</li><li>Bernyanyi, menari, atau berakting untuk Ayah dan Ibu</li><li>Melakukan tugas-tugas sederhana di rumah, seperti mencocokkan kaus kaki atau membersihkan meja setelah makan</li></ul></td><td><ul><li>Menceritakan sebuah cerita yang dia dengar atau buat dengan setidaknya dua peristiwa. Misalnya, seekor kucing tersangkut di pohon dan petugas pemadam kebakaran menyelamatkannya</li><li>Menjawab pertanyaan sederhana tentang buku atau cerita setelah Ayah dan Ibu membacakan atau menceritakannya kepadanya</li><li>Membuat percakapan tetap berjalan dengan lebih dari tiga pertukaran percakapan</li><li>Menggunakan atau mengenali sajak sederhana</li></ul></td><td><ul><li>Berhitung sampai 10</li><li>Menyebutkan beberapa angka antara 1 dan 5 saat Ayah dan Ibu menunjuknya</li><li>Menggunakan kata-kata tentang waktu, seperti “kemarin”, “besok”, “pagi”, atau “malam”</li><li>Memperhatikan selama 5 sampai 10 menit selama aktivitas. Misalnya, selama waktu cerita atau membuat seni dan kerajinan</li><li>Menulis beberapa huruf yang ada pada namanya</li><li>Menyebutkan beberapa huruf yang ditunjuk</li></ul></td><td><ul><li>Mengancingkan beberapa kancing</li><li>Melompat dengan satu kaki</li></ul><p><br>&nbsp;</p></td></tr></tbody></table></figure><h3>&nbsp;</h3><h3><strong>Tanda-tanda Keterlambatan Perkembangan pada Anak</strong></h3><p>Keterlambatan perkembangan mengacu pada ketika seorang anak tidak mencapai pencapaian perkembangan yang diharapkan dari anak-anak seusia mereka. Keterlambatan dapat terjadi pada fungsi motorik, bicara, pendengaran, atau penglihatan.</p><p>Sangat normal jika seorang anak lahir prematur dan mengalami keterlambatan satu bulan atau lebih. Namun, jika keterlambatan tersebut terjadi secara terus-menerus atau signifikan, hal tersebut dapat menandakan kondisi medis yang serius.</p><p>Penting untuk diingat bahwa setiap anak berkembang dengan kecepatannya masing-masing. Jadi, jika anak tidak mencapai pencapaian tertentu pada usia tertentu, jangan panik atau cemas. Jika Ayah dan Ibu khawatir dan memiliki pertanyaan mengenai perkembangan anak, konsultasikan dengan dokter anak.</p><p>Nah, ada rekomendasi <a href="https://icando.co.id/">aplikasi belajar anak usia dini</a> untuk membantu mengasah kemampuan anak, nih. Aplikasi ICANDO mengasah kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis, kreatif, dan berkolaborasi anak sehingga anak bisa menjadi generasi yang unggul dengan ribuan aktivitas yang edukatif dan menyenangkan. <a href="http://icando.co.id/download"><i>Download</i> aplikasi pendidikan</a> ICANDO di App Store atau Play Store.</p>

medium_tahap-tumbuh-kembang-anak.jpeg

small_tahap-tumbuh-kembang-anak.jpeg

thumbnail_tahap-tumbuh-kembang-anak.jpeg

tahap-tumbuh-kembang-anak.jpeg

Tahap Tumbuh Kembang Anak sampai Umur 5 Tahun

<p>Berbicara tentang model pembelajaran, baik <i>discovery learning</i> dan <i>inquiry-based learning</i> mungkin sudah tidak asing lagi. Lalu, apa beda kedua metode pembelajaran tersebut? Mari kita mulai dengan mengenal kedua model pembelajaran ini satu per satu.</p><h2><i><strong>Discovery Learning</strong></i></h2><p><i>Discovery learning</i> merupakan model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk membangun pengetahuan baru dengan menemukan fakta melalui penggunaan intuisi, imajinasi dan kreativitas mereka dan mengkorelasikan pengetahuan baru tersebut dengan pengalaman dan pengetahuan masa lalu.</p><p>Dikutip dari <a href="https://elearningindustry.com/discovery-learning-model">eLearning Industry</a>, berikut adalah model pembelajaran <i>discovery learning</i> ini mengikuti 5 prinsip:</p><h3>1. Pemecahan masalah</h3><p>Fasilitator berperan untuk membimbing dan memotivasi peserta didik dalam mencari solusi dengan menggabungkan informasi yang ada dan yang baru diperoleh, kemudian menyederhanakan pengetahuan tersebut.&nbsp;</p><p>Dengan cara ini, peserta didik menjadi pemegang kemudi dalam pembelajaran, mengambil peran aktif dan membangun keterampilan yang lebih luas melalui kegiatan yang mendorong pemecahan masalah, dan penyelidikan.</p><h3>2. Manajemen peserta didik</h3><p>Fasilitator memberikan ruang bagi peserta didik untuk bekerja sendiri atau dengan orang lain, dan belajar dengan kecepatan mereka sendiri. Fleksibilitas ini membuat belajar menjadi kebalikan dari pelajaran dan kegiatan yang cenderung statis. Kondisi ini membebaskan peserta didik dari tekanan yang tidak perlu dan membuat mereka merasa lebih mandiri.</p><h3>3. Mengintegrasikan dan menghubungkan</h3><p>Fasilitator memiliki peran untuk membimbing peserta didik dalan menggabungkan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang baru, dan mendorong mereka untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam konteks dunia nyata.</p><h3>4. Analisis dan interpretasi informasi</h3><p><i>Discovery learning</i> lebih berorientasi pada proses dibandingkan pada hasil akhir, dan didasarkan pada asumsi bahwa pembelajaran bukan hanya sekadar kegiatan menguumpulkan fakta. Peserta didik didorong untuk menganalisis dan menafsirkan informasi yang diperoleh selama proses belajar berlangsung, dibandingkan menghafal jawaban yang benar.</p><h3>5. Kegagalan dan masukan</h3><p>Belajar tidak hanya terjadi ketika kita menemukan jawaban yang benar. Itu juga terjadi melalui kegagalan. <i>Discovery learning</i> tidak berfokus pada menemukan hasil akhir yang tepat, tetapi hal-hal baru yang kita temukan dalam prosesnya. Hal itu menjadi tanggung jawab fasilitator dalam memberikan umpan balik untuk melengkapi proses pembelajaran.</p><h2><i><strong>Inquiry-based Learning</strong></i></h2><p>Mengutip dari <a href="http://www.edu.gov.on.ca/eng/literacynumeracy/inspire/research/CBS_inquirybased.pdf">Ontario Ministry of Education</a>, <i>inquiry-based learning</i> adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pertanyaan, ide, dan pengamatan siswa. Model pembelajaran ini seringkali dibantu oleh seorang fasilitator.</p><p>Ada 4 jenis <i>inquiry</i> yang sering digunakan:</p><h3>1. <i>Confirmation inquiry</i></h3><p>Fasilitator memberikan pertanyaan serta metode kepada peserta didik mengenai hal-hal yang sudah diketahui. Tujuannya adalah untuk mengkonfirmasi pengetahuan dan hasil belajar yang dilakukan sebelumnya. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk memperkuat ide-ide yang sudah matang, dan untuk melatih keterampilan investigasi mereka.</p><h3>2. <i>Structured inquiry</i></h3><p>Peserta didik diberikan pertanyaan dan metode yang disusun secara terstruktur untuk mencapai hasil. Tujuannya agar peserta didik dapat memberikan penjelasan yang sudah didukung oleh bukti-bukti yang dikumpulkan selama dan melalui proses investigasi.</p><h3>3.<i> Guided inquiry</i></h3><p>Fasilitator memberikan topik yang bertujuan mengarahkan peserta didik dalam membuat pertanyaan, merancang metode investigasi dan kemudian menguji pertanyaan itu sendiri. Jenis penyelidikan ini biasanya tidak terstruktur seperti bentuk-bentuk yang disebutkan sebelumnya.</p><h3>4. <i>Open inquiry</i></h3><p>Peserta didik harus membentuk pertanyaan mereka sendiri, merancang metode investigasi, dan kemudian melakukan inkuiri itu sendiri. Mereka harus mempresentasikan hasil mereka di akhir proses.</p><h2><strong>Perbedaan </strong><i><strong>discovery learning</strong></i><strong> dan </strong><i><strong>inquiry-based learning</strong></i></h2><p>Kesamaan antara model pembelajaran <i>discovery learning</i> dan <i>inquiry-based learning</i> terletak terutama pada kebutuhan berpikir kritis, yang nantinya akan memicu peserta didik untuk menghasilkan segudang pertanyaan atau inkuiri. Selain itu, kedua model pembelajaran ini juga menekankan keaktifan peserta didik dalam memperoleh pengetahuan baru.</p><p>Perbedaan kedua model pembelajaran tersebut terletak pada urutan kronologis proses pembelajaran dan bagaimana peserta didik dirancang untuk terlibat dengan variabel pembelajaran di sekitarnya.&nbsp;</p><p>Dalam <i>discovery learning</i>, peserta didik dianggap sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai dasar pengembangan pengetahuan baru yang akan diperoleh. Peserta didik kemudian membuat hipotesis dan melakukan pengumpulan data serta pembuktian melalui kegiatan pengamatan, percobaan, atau manipulasi objek, sebelum mengambil keputusan sebelum akhirnya menemukan kebenaran teori.&nbsp;</p><p>Sebaliknya, <i>inquiry-based learning</i> menuntut peserta didik untuk terlibat langsung dengan fenomena dan kasus kehidupan nyata tanpa membekali mereka dengan teori tetap. Peserta didik dituntut untuk menghasilkan aturan dan teori pemandu berdasarkan pengamatan mereka terhadap kasus dan fenomena nyata tersebut.&nbsp;</p><p><i>Inquiry</i> menekankan pada proses mencari atau penelitiannya, sedangkan <i>discovery</i> menekankan pada penemuannya. Jika seseorang menggunakan metode pencarian (berinkuiri), kemungkinan besar akan menemukan, dan suatu penemuan (<i>discovery</i>) adalah hasil dari suatu pencarian.</p><p>Model pembelajaran <i>discovery learning</i> ini juga bisa digunakan pada anak usia dini. ICANDO, <a href="https://icando.co.id/"><i>game</i> pendidikan anak usia dini</a>, mengemas pembelajaran jadi menyenangkan tetapi tetap edukatif. <a href="https://play.google.com/store/apps/details?id=com.icando.edugame&amp;hl=in&amp;gl=US"><i>Download</i> aplikasi belajar anak usia dini</a> ICANDO dan ajak si Kecil belajar sambil bermain!</p>

medium_perbedaan-discovery-inquiry.jpeg

small_perbedaan-discovery-inquiry.jpeg

thumbnail_perbedaan-discovery-inquiry.jpeg

perbedaan-discovery-inquiry.jpeg

Discovery Learning dan Inquiry-Based Learning: Apa Perbedaannya?

inquiry vs discover

<p>Rutinitas malam sebelum tidur merupakan waktu yang tepat bagi Ayah dan Ibu untuk mengakrabkan diri dengan si Kecil. Bisa dengan bertanya tentang kisah si Kecil selama di sekolah, atau juga dengan berbagi kisah fiksi untuk menanamkan nilai-nilai moral si Kecil sejak dini.&nbsp;</p><p>Salah satu kisah fiksi yang paling digemari si Kecil adalah cerita khayalan atau fantasi yang bertokohkan binatang. Binatang dianggap mampu menginterpretasikan imajinasi si kecil tentang suatu kejadian.&nbsp;</p><p>Terlebih lagi jika berkaitan dengan sikap dan perbuatan manusia. Maka tidak mengherankan bila si Kecil lebih mudah menangkap pesan moral pada cerita fabel.</p><h2><strong>Apa itu fabel?</strong></h2><p>Fabel adalah cerita fiksi yang diperankan oleh binatang namun mampu menggambarkan watak serta perilaku manusia pada umumnya. Cerita fiksi ini menggunakan binatang sebagai tokoh pengganti manusia.&nbsp;</p><p>Namun, karakter binatang pada fabel digambarkan seolah-olah memiliki sifat dan kemampuan seperti manusia. Misalnya berpikir, bersikap, berbicara, berinteraksi dan memiliki perasaan. Kadang kala pada fabel juga ada tokoh manusia yang menjadi minoritas dalam penokohan cerita.&nbsp;</p><p>Tujuan dari adanya fabel adalah memberikan ajaran moral dengan menunjukkan sifat jelek manusia yang ditokohkan oleh binatang. Apabila tokohnya berwujud manusia, dikhawatirkan si Kecil merasa manusia lain memiliki sifat buruk seperti yang diceritakan.&nbsp;</p><p>Selain itu, binatang dinilai mampu mewujudkan imajinasi si Kecil karena bentuknya lucu dan unik.</p><h2><strong>Ciri-ciri Fabel</strong></h2><p>Pada umumnya, fabel adalah cerita fiksi yang dikarang oleh penulis dongeng. Fabel memiliki ciri-ciri yang berbeda daripada jenis cerita fiksi lainnya seperti novel, sagar, mitos, legenda, dan sebagainya. Berikut ini adalah ciri-ciri fabel yang membedakan dengan lainnya.</p><ul><li>Tokoh utama adalah binatang</li><li>Pendahuluan sangat singkat dan langsung tanpa basa-basi</li><li>Alur ceritanya sederhana dan tidak terlalu panjang</li><li>Cerita berlangsung singkat dan waktu bergerak cepat</li><li>Karakter tokoh tidak diuraikan secara rinci</li><li>Gaya penceritaan secara lisan</li><li>Tema cerita biasanya berhubungan dengan kehidupan sehari-hari atau interaksi sosial</li><li>Perwatakan yang digambarkan menyerupai manusia</li><li>Tokoh binatang dapat berpikir, berkomunikasi dan bertingkah laku seperti manusia</li><li>Menggunakan sudut pandang orang ketiga</li><li>Menggunakan alur waktu maju</li><li>Di dalamnya terkandung amanat dan pesan bagi pembacanya</li><li>Judul fabel biasanya berupa nama binatang</li></ul><p>Salah satu ciri fabel yang khas adalah judulnya sangat khas dengan nama binatang. Itulah salah satu cara paling mudah untuk membedakan fabel dengan jenis cerita fiksi lainnya.&nbsp;</p><p>Berikut ini adalah beberapa judul fabel yang terkenal dan langsung dapat dikenali dari judulnya bahwa cerita fiksi di dalamnya berjenis fabel:</p><ul><li>Kisah Kancil dan Buaya</li><li>Kura-Kura dan Sepasang Itik</li><li>Tupai yang Sombong</li><li>Burung Gagak dan Sebuah Kendi</li><li>Kisah Kera dan Ayam</li><li>Anjing dan Bayangannya</li><li>Monyet dan Kucing yang Memanggang Kacang</li><li>Ikan Emas Ajaib</li><li>Katak dan Permata</li><li>Gajah yang Baik Hati</li></ul><h2><strong>Struktur Fabel</strong></h2><p>Adapun fabel memiliki struktur penceritaannya sendiri. Struktur fabel dimulai dari orientasi, mengarah ke komplikasi, lalu berlanjut ke resolusi dan berakhir pada kode. Berikut ini akan diuraikan secara rinci mengenai struktur fabel.</p><p>1. Orientasi</p><p>Orientasi merupakan sebuah pendahuluan atau permulaan pada sebuah cerita yang berisi tentang pengenalan tokoh, pengenalan latar tempat dan waktu, serta pengenalan latar belakang atau tema. Struktur ini diletakkan di bagian awal karena memiliki tujuan untuk memberikan gambaran umum isi fabel kepada pembacanya</p><p>2. Komplikasi</p><p>Komplikasi merupakan bagian dari fabel yang berisi tentang permasalahan yang dialami tokoh. Pada bagian ini, tokoh mengalami suatu kesulitan yang membutuhkan saran atau solusi dari tokoh lain.</p><p>3. Resolusi</p><p>Resolusi adalah bagian dari fabel yang menceritakan tentang pemecahan masalah atau rekomendasi solusi yang dapat dilakukan oleh tokoh utama. Dalam hal ini mengandung pesan tersirat yang mengajarkan pada nilai-nilai moral kehidupan</p><p>4. Koda</p><p>Koda adalah bagian akhir dari fabel yang berisi pesan moral atau amanat yang hendak disampaikan oleh pengarang. Pesan moral ini biasanya tertulis dengan jelas untuk menggarisbawahi pesan moral utama yang diangkat.</p><h2><strong>Jenis Fabel</strong></h2><p>Setelah memahami ciri-ciri dan struktur fabel, maka dapat dipahami bahwa fabel juga memiliki banyak jenis. Jenis fabel sendiri terbagi berdasarkan waktu kemunculannya.&nbsp;</p><p>Ada fabel yang sudah cukup lama diterbitkan dan telah terkenal di telinga orang-orang, tetapi ada juga fabel yang baru diterbitkan baru-baru ini dengan ciri khas tertentu. Fabel dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu fabel klasik dan fabel modern.</p><p>1. Fabel Klasik</p><p>Fabel klasik merupakan cerita fiksi tentang binatang yang telah ada sejak zaman dahulu, bahkan tidak diketahui waktu kemunculannya secara persis. Kisah ini telah diwariskan secara turun-temurun kepada anak cucu secara lisan.&nbsp;</p><p>Biasanya fabel klasik memiliki cerita yang sangat pendek dengan tema yang sederhana. Selain itu fabel klasik sangat kental dengan petuah atau moral karena menjadi salah satu sarana penyampaian pesan moral kepada anak-anak.&nbsp;&nbsp;</p><p>2. Fabel Modern</p><p>Fabel modern merupakan cerita fiksi tentang binatang yang muncul dalam waktu yang relatif baru. Biasanya telah ada di buku-buku pengarang maupun tertulis dalam sebuah majalah ataupun artikel pada website. Fabel modern ini memiliki panjang cerita yang beragam, ada yang pendek maupun panjang.</p><p>Selain itu, fabel modern tidak lagi sesederhana dulu. Cerita telah melebar dan mengalami perluasan latar tempat dan waktu sehingga menjadikannya lebih rumit. Karakter di dalam fabel memiliki sifat yang unik. Biasanya fabel modern melahirkan banyak pesan moral yang dapat diambil oleh pembaca</p><p>Untuk anak yang masih berusia 2-5 tahun, Ayah dan Ibu dapat memberikan fabel klasik sebagai pengantar tidur si Kecil. Cerita yang sederhana dan tidak terlalu panjang, lebih mudah dipahami oleh si Kecil yang masih berusia balita.&nbsp;</p><p>Apabila si Kecil sudah memasuki usia TK atau SD, maka Ayah dan Ibu dapat mengajaknya untuk mengenal fabel modern. Fabel modern memang lebih panjang dalam menguraikan kisahnya, maka dari itu Ibu dan Ayah dapat mengatasinya dengan cara membacakan cerita fabel dalam jangka waktu tertentu. Misalnya, fabel modern yang terdiri dari 1000 kata baru bisa tamat pada hari ke-3 atau ke-4.&nbsp;</p><p>Dalam hal ini Ayah dan Ibu dapat menerapkan makna kesabaran pada si Kecil. Selain itu, Ayah dan Ibu juga telah mengungkapkan konsistensi untuk tidur tepat waktu. Tidak perlu menghabiskan kisah fabel pada malam itu dikarenakan tubuh si Kecil perlu istirahat.</p><p>Ayah dan Ibu dapat memberikan penerapan yang baik kepada si Kecil melalui pesan moral di dalam fabel. Fabel mampu mewujudkan harapan Ayah dan Ibu untuk menyampaikan amanat berperilaku baik kepada si Kecil dengan cara yang menyenangkan.</p><p>Oh iya, ada kabar baik nih untuk Ayah dan Ibu. Ayah dan Ibu&nbsp; bisa menerapkan tips di artikel ini lewat cerita fabel. Lewat cerita fabel, si Kecil bisa mengenal beraneka ragam hewan. Ayah dan Ibu hanya tinggal mengunduh aplikasi pendidikan ICANDO. Di dalam aplikasinya, ada banyak buku cerita menarik dan ensiklopedia. Yuk unduh ICANDO sekarang!</p><p>Referensi:</p><p>Arum Sutrisni Putri (Penulis Artikel), (2020, Januari 19). <i><strong>Fabel: Pengertian, Ciri dan Unsurnya</strong></i>. Retrieved February, 2021. <a href="https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/19/070000469/fabel-pengertian-ciri-dan-unsurnya?page=all">https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/19/070000469/fabel-pengertian-ciri-dan-unsurnya</a></p><p>Ase Satria (Penulis Artikel), (2016, Agustus). <i><strong>Pengertian, Struktur Teks Cerita Fabel, Kaidah Kebahasaan Serta Contoh Teks Cerita Fabel. </strong></i>Retrieved February, 2021. <a href="https://www.materibelajar.id/2016/08/pengertian-struktur-teks-cerita-fabel.html">https://www.materibelajar.id/2016/08/pengertian-struktur-teks-cerita-fabel.html</a></p><p>Samhis Setiawan (Penulis Artikel), (2021, Januari 8). <i><strong>Fabel: Pengertian dan Ciri, Struktur, Jenis, Contoh. </strong></i>Retrieved February, 2021. <a href="https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-fabel/">https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-fabel/</a></p>

medium_cerita-fabel.jpg

small_cerita-fabel.jpg

thumbnail_cerita-fabel.jpg

cerita-fabel.jpg

Pengertian, Jenis, dan Contoh Cerita Fabel untuk si Kecil

pengertian jenis dan contoh cerita fabel

<p>Sejak diterapkannya Kurikulum 2013 (K-13) di Indonesia, pembelajaran tematik menjadi pendekatan pembelajaran yang dianjurkan untuk diimplementasikan pada tingkat pendidikan awal, termasuk jenjang pendidikan anak usia dini.</p><p>Tetapi sebenarnya apa sih pembelajaran tematik itu? Mengapa pembelajaran tematik dianjurkan? Yuk, cari tahu lebih lanjut!</p><h2><strong>Pengertian pembelajaran tematik</strong></h2><p>Menurut buku Pembelajaran Tematik di SD yang diterbitkan oleh <a href="https://www.kemdikbud.go.id/">Kemdikbud</a>, pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa Kompetensi Dasar (KD) dan indikator dari kurikulum/Standar Isi (SI) dari beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema.</p><p>Pembelajaran tematik mengarah pada penggabungan dari dua dari sepuluh model pembelajaran terpadu menurut Fogarty (1991), yaitu <i>webbed model </i>(model jaring laba-laba) dan <i>integrated model </i>(model terpadu).</p><p>Pendekatan <i>webbed model</i> dimulai dengan menentukan tema tertentu, kemudian dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan antar mata pelajaran. Dari sub-sub tema ini direncanakan aktivitas belajar yang harus dilakukan anak. Melalui model pembelajaran ini, anak akan memperoleh pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu yang berbeda-beda.&nbsp;</p><p>Sedangkan pendekatan <i>integrated model</i>, menggunakan pendekatan antar mata pelajaran yaitu menggabungkan beberapa mata pelajaran dengan menetapkan prioritas dari kurikulum dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran. Melalui model pembelajaran ini, anak akan mudah menghubungkan dan mengaitkan materi dari beberapa mata pelajaran.&nbsp;</p><h2><strong>Mengapa pembelajaran tematik?</strong></h2><p>Pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan untuk anak-anak usia dini. Lebih mudah bagi anak usia dini untuk memusatkan perhatian pada satu tema yang telah ditentukan. Pemahaman anak tentang materi yang disampaikan juga lebih mendalam, sebab antar mata pelajaran masih dalam satu tema.</p><h2><strong>Karakteristik pembelajaran tematik</strong></h2><p>Pembelajaran tematik memiliki beberapa karakteristik. Berikut adalah lima karakteristik pembelajaran tematik menurut <a href="https://puskurbuk.kemdikbud.go.id/">Tim Puskur</a> (2006)</p><h3>1. Pembelajaran berpusat pada peserta didik</h3><p>Pembelajaran tematik memberikan keleluasaan pada peserta didik, baik secara individu maupun kelompok.&nbsp;</p><h3>2. Memberikan pengalaman langsung kepada anak</h3><p>Pembelajaran ini mengaitkan antar konsep dan prinsip yang dipelajari dari beberapa mata pelajaran, sehingga mereka akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang dialami.</p><h3>3. Penyatuan konsep antar mata pelajaran</h3><p>Perhatian dipusatkan pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi yang utuh.&nbsp;</p><h3>4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran sehingga bermakna</h3><p>Pembelajaran tematik mengkaji fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk jalinan antar ilmu pengetahuan, sehingga berdampak kebermaknaan dari materi yang keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari.</p><h3>5. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.</h3><p>Pada pembelajaran tematik dikembangkan pendekatan Pembelajaran yang Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran dengan melihat bakat, minat, dan kemampuan sehingga memungkinkan peserta didik termotivasi untuk belajar terus menerus.</p><h2><strong>Manfaat pembelajaran tematik</strong></h2><p>Menurut Tim Puskur (2006), berikut adalah beberapa manfaat yang didapatkan dari pembelajaran tematik.&nbsp;</p><ol><li>Banyak materi-materi yang tertuang dalam beberapa mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan utuh.</li><li>Peserta didik mudah memusatkan perhatian karena beberapa mata pelajaran dikemas dalam satu tema yang sama.</li><li>Peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi beberapa mata pelajaran dalam tema yang sama.</li><li>Pembelajaran tematik melatih peserta didik untuk semakin banyak membuat hubungan beberapa mata pelajaran, sehingga mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya, dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep.</li><li>Menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran dikemas dalam suatu tema dan disajikan secara terpadu dalam alokasi pertemuan-pertemuan yang direncanakan. Waktu yang lain dapat digunakan untuk pemantapan, pengayaan, pembinaan keterampilan, dan remidial.</li></ol><p>Anak membutuhkan pembelajaran yang menekankan pada pengalaman dan kebermaknaan. Oleh sebab itu, aplikasi ICANDO hadir dengan <a href="https://icando.co.id/">permainan belajar untuk anak</a> yang juga telah dirancang secara tematik sesuai umur anak agar membuat pembelajaran lebih bermakna. <a href="https://play.google.com/store/apps/details?id=com.icando.edugame&amp;hl=in&amp;gl=US"><i>Download</i> aplikasi permainan anak </a>ICANDO di App Store dan Google Play Store!</p>

medium_pembelajaran-tematik.jpeg

small_pembelajaran-tematik.jpeg

thumbnail_pembelajaran-tematik.jpeg

pembelajaran-tematik.jpeg

Pengertian, Manfaat dan Karakteristik Pembelajaran Tematik

pembelajaran tematik

<p>Album foto merupakan kumpulan sebuah kenangan yang terkumpul rapi pada lembaran kerta di dalam sebuah buku. Kerapkali digunakan sebagai penyimpan kenangan manis yang ingin sekali untuk diingat karena kehangatannya, kisahnya, perjalanannya, pengalamannya, ataupun rasanya. Termasuk dalam menyimpan kenangan si kecil.</p><p>Kelahiran si kecil merupakan momen yang amat mengharukan bagi Ibu dan Ayah. Perwujudan akan perjuangan Ibu dalam melahirkan serta kesetiaan Ayah mendampingi Ibu serta menati kelahiran buah hati.&nbsp;</p><p>Tumbuh kembang anak juga merupakan salah satu momen istimewa yang kerapkali diabadikan. Tawanya yang riang, kali pertama duduk, kali pertama berdiri, bahkan ekspresi si kecil mencoba makanan yang asam juga indah sekali untuk dikenang. Maka tak mengherankan bila Ibu dan Ayah memiliki album foto khusus si Kecil.</p><p><strong>Judul Album Foto Anak</strong></p><p>Album foto anak alangkah lebih manis bila diberi judul. Judulnya tidak perlu panjang-panjang. Cukup 3-4 kata saja, namun memiliki makna mendalam yang dapat mewakili segala kenangan di album foto tersebut. Berikut ini adalah contoh judul album foto anak yang bisa ditiru atau dimodifikasi:</p><ul><li>Kenangan Manis si Kecil</li><li>Tawa Riang Buah Hati</li><li>Hari-Hari Penuh Tawa</li><li>Simpan Kenangan Indah</li><li>Bayi Bahagia</li><li>Sumber Kebahagiaan Keluarga</li><li>Canda Tawa si Kecil</li><li>My Best Sunshine</li><li>Our Good Mood</li><li>My Little Princess</li><li>God's Greatest Gift</li></ul><p>Boleh juga bila judul album fotonya disertakan nama si kecil. Supaya si kecil merasa memiliki album foto itu bila ia besar nanti. Sebab album foto adalah penyimpan kenangan terbaik yang tak akan bisa terulang kembali.</p><p><strong>Jenis Album Foto</strong></p><p>Apabila hendak mengumpulkan kenangan dalam sebuah album foto, sebaiknya memilih jenis album foto sesuai karakter Ibu dan Ayah. Hal ini dikarenakan masing-masing jenis album foto memiliki keunikan tersendiri yang disesuaikan dengan pemiliknya.</p><p>Secara garis besar, terdapat 3 jenis album foto yang ada di dunia, antara lain pocket folder, self adhesive dan scrapbook. Album foto ini dibedakan berdasarkan kemudahan penyimpanan dan kelebihannya masing-masing.</p><p><strong>1. Pocket Folder</strong></p><p>Jenis album foto ini sering dimiliki banyak orang karena amat sederhana dan mudah digunakan. Bentuknya kecil seperti dompet lipat atau buku ukuran A5-A6. Di dalamnya sudah ada plastik-plastik yang apabila ditarik lalu diselipkan foto, maka penyimpanan foto telah dinyatakan aman. Jenis album foto ini sederhana karena bentuknya simetris dan tidak perlu menambahkan teks maupun ilustrasi.</p><p><strong>2. Self Adhesive</strong></p><p>Apabila Ibu dan Ayah hendak menyimpan foto dalam berbagai ukuran, maka album foto jenis self adhesive adalah solusinya. Album foto jenis ini memiliki plastik lengket yang kokoh untuk menjaga foto agar tidak keluar dari album foto. Biasanya album foto ini ukurannya besar seperti ukuran A4 maupun F4.&nbsp;</p><p><strong>3. Scrapbook</strong></p><p>Bila hendak menyimpan foto dengan dekorasi yang indah, maka album foto berjenis scrapbook sangat disarankan. Dengan menggunakan jenis album foto ini, maka Ibu dan Ayah dapat mengatur posisi foto, menempel stiker, bahkan menulis pesan atau kalimat mutiara di halaman yang poles.&nbsp;</p><p>Di scrapbook tidak ada poket atau halaman yang lengket sehingga membuat kegiatan menghias album menjadi lebih mudah. Lalu untuk menempel foto, Ibu dan Ayah dapat menggunakan washi tape. Bahkan Ibu dan Ayah dapat mengajak si kecil untuk membuat foto album sendiri. Amat berharga untuk mengasah kemampuan dan kreativitas si kecil.</p><p><strong>Album Foto Kekinian</strong></p><p>Kini album foto dapat dibuat sendiri sesuai selera masing-masing. Tidak lagi kaku seperti zaman dulu yang 1 lembar 1 foto atau 1 lembar berisi 3 foto dengan tatanan simetris. Album foto kekinian sekarang ini lebih trendy. Banyak ornamen dan hiasan yang menarik perhatian. Hiasan-hiasan itu juga dapat menyemarakkan si kecil yang penuh tawa bahagia.</p><p>Apabila Ibu dan Ayah hendak membuat album foto sendiri atau secara otodidak, gampang kok caranya. Bahkan Ibu dan Ayah bisa membuat album foto dengan hitungan menit. Bagaimana itu bisa terjadi? Yakinlah bahwa teknologi yang canggih mempermudah segalanya termasuk dalam hal membuat album foto.</p><p>Lalu, bagaimana cara membuat album foto kekinian? Cara paling gampang adalah memanfaatkan aplikasi yang ada untuk membuat desain foto. Bisa menggunakan Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Adobe Design, Inkscape dan sebagainya. Namun sepertinya aplikasi tersebut berat dan tidak semua orang tua memiliki laptop yang mumpuni untuk memasang software-software desain tersebut.</p><p>Maka dari itu bisa menggunakan aplikasi desain grafis yang bisa diakses secara online. Beberapa website penyedia desain grafis yang bisa diandalkan adalah Canva, Picsart, Sketchbook, Afterlight, dan sebagainya.</p><p>Pilih salah satu saja aplikasi desain grafis yang dirasa mudah untuk digunakan. Biasanya aplikasi tersebut menyediakan beberapa template foto yang dapat digunakan dan dipilih sesuka hati. Ayah dan Ibu juga dapat memadupadankan template tersebut untuk membuatnya fleksibel dan serbaguna. Biasanya disediakan pula desain template yang mendukung seperti tema kelahiran bayi, ulang tahun, makanan, dan lainnya. Jadi manfaatkan template desain yang ada untuk menambah keindahan album foto anak.</p><p>Setelah memilih template, maka hal selanjutnya yang bisa dilakukan adalah menambahkan foto. Foto dapat diunggah secara mudah. Cukup tarik dan lepaskan dari desktop, lalu gambar akan muncul di layar. Kemudian foto tersebut diarahkan ke template foto yang telah dipilih. Lakukan hal tersebut untuk beberapa foto lainnya supaya terbentuk sebuah album.</p><p>Untuk membuat album foto tampak bercerita, maka Ibu dan Ayah bisa menambahkan teks atau kalimat pemanis di beberapa lembar foto. Entah tentang tanggal lahir, warna dominan, makanan favorit, hewan favorit, dan lainnya.&nbsp;</p><p>Alangkah lebih indah bila di akhir album, diberi teks tentang kata mutiara atau harapan. Kelak bila si kecil melihat album foto ini suatu hari nanti, kemungkinan besar kata-kata mutiara atau harapan tersebut akan membangkitkan semangatnya.</p><p>Album foto yang dibuat secara online, maka bisa dibagikan secara online melalui media sosial pribadi atau boleh bila hendak dicetak. Apabila album foto hendak dicetak, maka gunakan kertas foto khusus supaya warna foto lebih jelas dan tetap awet hingga si kecil sudah dewasa. Beberapa jenis kertas foto digital yang banyak digunakan antara lain canvas paper, premium glossy photo paper, double side paper, laster photo paper, glossy photo paper, inkjet paper, dan lainnya.&nbsp;</p><p>Dalam pencetakan album foto, alangkah lebih mudah bila Ibu dan Ayah menyerahkan urusan mencetak foto kepada percetakan yang tengah berpengalaman. Jadi Ibu dan Ayah tidak perlu repot-repot menunggu cetakan yang hasilnya belum tentu maksimal. Jadi serahkan saja urusan percetakan kepada ahlinya, sehingga Ibu dan Ayah tinggal menerima hasil jadinya yang dipastikan akan memenuhi ekspektasi.</p><p>Ibu dan Ayah pasti senang saat melihat hasil album foto yang dibuat atas kreasi sendiri. Pasti tersirat rasa bangga karena mampu mengabadikan kenangan si kecil dengan baik. Sebab, kenangan si kecil amat berharga karena waktu tidak dapat diulang.</p><p>Oh iya, ada kabar baik nih untuk bunda, bunda bisa menerapkan tips di artikel ini lewat cerita fabel. Lewat cerita fabel, si kecil bisa mengenal beraneka ragam hewan. Bunda hanya tinggal menginstal aplikasi ICANDO, di dalam aplikasinya, ada banyak buku cerita menarik dan ensiklopedia. Yuk install ICANDO sekarang.</p><p>Referensi:</p><p>Arum Sutrisni Putri (Penulis Artikel), (2020, Oktober 19). <i><strong>Macam-Macam Software Desain Grafis. </strong></i>Retrivied February, 2021. <a href="https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/19/100000469/macam-macam-software-desain-grafis">https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/19/100000469/macam-macam-software-desain-grafis</a></p><p>Maulana Adieb (Penulis Artikel), (2020, April 6). <i><strong>5 Aplikasi Desain Grafis yang Dapat Mempercantik Foto Kamu. </strong></i>Retrivied February, 2021.<i><strong> </strong></i><a href="https://glints.com/id/lowongan/aplikasi-desain-grafis/#.YC5zADLis2w">https://glints.com/id/lowongan/aplikasi-desain-grafis/#.YC5zADLis2w</a></p>

Kenalkan Hari Kesehatan Nasional 12 November pada si Kecil, Yuk!

Referensi

Artikel Populer

Artikel Terkini

Download Sekarang